Halaman
i
SUHARDI
SRI SUNARTI
SOSIOLOGI 2
UNTUK SMA/MA KEL
UNTUK SMA/MA KEL
UNTUK SMA/MA KEL
UNTUK SMA/MA KEL
UNTUK SMA/MA KEL
AS XIAS XI
AS XIAS XI
AS XI
PROGRAM IPSPROGRAM IPS
PROGRAM IPSPROGRAM IPS
PROGRAM IPS
ii
Sosiologi
2
Untuk SMA/MA Kelas XI
Program IPS
Suhardi
Sri Sunarti
Editor materi : Ahmad Muttaqin
Tata letak
: Tim Setting/Layout
Tata grafis
: Cahyo Muryono
Ilustrator
: Haryana Humardani
Sampul
: Tim Desain
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-Undang
Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009
Diperbanyak oleh ....
Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen
Pendidikan Nasional dari Penerbit Grahadi
301.07
Suh
Suhardi
s
Sosiologi 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS / Suhardi, Sri
Sunarti ; Editor Ahmad Muttaqin ; Ilustrator Haryana Humardani. —
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
viii, 242 hlm. : ilus. ; 25 cm.
Bibliografi : hlm. 229-231
Indeks
ISBN 978-979-068-207-8 (no jld lengkap)
ISBN 978-979-068-212-2
1. Sosiologi-Studi dan Pengajaran 2. Sunarti, Sri
3. Muttaqin, Ahmad 4. Humardani, Haryana 5. Judul
iii
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-
Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun
2008, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk
disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (
website
) Jaringan
Pendidikan Nasional.
Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan
untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 2
•
Tahun 2007 tanggal 25
••••
2007.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para
penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan
guru di seluruh Indonesia.
Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen
Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (
down load
)
,
digandakan, dicetak,
dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun, untuk penggandaan yang
bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Diharapkan bahwa buku teks pelajaran ini akan lebih mudah diakses
sehingga siswa dan guru di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada
di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para
siswa kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku ini sebaik-baiknya.
Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena
itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, Februari 2009
Kepala Pusat Perbukuan
iv
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dapat mempersembah-
kan Buku Teks Pelajaran Sosiologi kepada Anda, para peserta didik kelas XI SMA/
MA di Tanah Air tercinta.
Buku ini disusun dengan tujuan membantu Anda mendalami dan memahami
mata pelajaran Sosiologi. Dalam mempelajari Sosiologi, Anda dituntut untuk
memperoleh pengalaman belajar, sehingga Anda memperoleh pengetahuan dan
keterampilan. Untuk memperoleh pengalaman belajar tersebut, Anda perlu memiliki
bekal yang cukup. Bekal itu berupa pengetahuan, konsep, dan contoh-contoh.
Semua itu disajikan dalam buku ini dengan gaya bahasa yang menarik dan mudah
untuk Anda baca dan pahami. Buku ini disusun dengan urutan tiap bab sebagai
berikut,
tujuan pembelajaran, kata kunci, peta konsep, uraian materi, aktivitas siswa,
pelatihan, tes skala sikap, rangkuman, pengayaan,
dan
uji kompetensi.
Untuk mempelajari buku Sosiologi ini, Anda harus memahami
tujuan pem-
belajaran
dan
kata kunci
yang ada di setiap bab terlebih dahulu.
Peta konsep
disaji-
kan untuk memudahkan Anda mengerti materi yang kompleks secara tepat. Setelah
itu, pelajarilah
uraian materi
termasuk informasi sisipan (
infososio
) dan
pengayaan
.
Setelah mempelajari dan memahami
uraian materi
, kerjakanlah
aktivitas siswa
,
pelatihan
dan
tes skala sikap
. Di situlah Anda dapat menunjukan kemampuan dengan
mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan, dan mengekspresikan sikap terhadap
persoalan tertentu.
Rangkuman
disajikan untuk mempemudah Anda untuk mengkaji
ulang materi yang sudah Anda pelajari. Setiap bab juga diakhiri dengan
uji kompetensi
yang bertujuan menguji kemampuan Anda setelah mempelajari satu bab. Setiap
akhir tahun juga disediakan soal-soal
pelatihan ulangan umum
yang menguji
keberhasilan Anda dalam mempelajari pokok bahasan yang diajarkan dalam satu
tahun.
Akhirnya, penulis berharap Anda dapat memanfaatkan buku ini, sehingga
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Sosiologi dapat Anda
capai. Selamat belajar.
Surakarta, Juli 2007
Penulis
v
Kata Sambutan .......................................................................
iii
Kata Pengantar
.................................................................................
iv
Daftar Isi
.........................................................................
.......................
v
Bab I Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
........
1
A. Struktur Sosial ....................................................................
3
1. Stratifikasi Sosial ...........................................................
3
2.
Deferensiasi Sosial .........................................................
12
B. Pengaruh dan Konsekuensi Struktur Sosial .............................
20
1. Pengaruh Struktur Sosial terhadap Kehidupan Sehari-hari .
20
2.
Konsekuensi Struktur Sosial terhadap Kehidupan .............
25
Rangkuman ..............................................................................
32
Uji Kompetensi
.........................................................................
35
Bab II Konflik dan Integrasi Sosial
...................................................
39
A. Konflik dalam Masyarakat ....................................................
41
1.
Pengertian Konflik Sosial ...............................................
41
2. Perbedaan Konflik
dengan Kekerasan..............................
44
3. Berbagai Konflik dalam Masyarakat .................................
45
B. Penyebab dan Indikator Konflik dalam Masyarakat ..................
53
1. Faktor Penyebab Konflik ................................................
53
2.
Tanda-tanda Adanya Konflik Sosial .................................
59
C. Integrasi
Sosial
....................................................................
61
1. Bentuk-bentuk Integrasi Sosial ........................................
61
2.
Faktor Pendorong Integrasi Sosial ...................................
64
Rangkuman ..............................................................................
68
Uji Kompetensi
.........................................................................
72
Bab III Mobilitas Sosial
.....................................................................
77
A. Hubungan antara Mobilitas Sosial dengan Status Sosial ...........
79
1. Pengertian Mobilitas Sosial .............................................
79
2
. Status Sosial dan Peran Sosial .........................................
81
DAFTAR ISI
vi
B. Arah dan Saluran Mobilitas Sosial .........................................
85
1. Arah Mobilitas Sosial .....................................................
85
2
. Saluran Mobilitas Sosial .................................................
88
C. Faktor Penyebab dan Konsekuensi Mobilitas Sosial .................
93
1. Faktor Penyebab Mobilitas Sosial ....................................
93
2
. Konsekuensi Mobilitas Sosial ..........................................
97
Rangkuman .............................................................................. 103
Uji Kompetensi
.........................................................................
107
Bab IV Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural
.............
113
A. Pengertian Masyarakat
Multikul
tural ....................................... 115
B. Kelompok-kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural ..... 119
1. Hakikat Kelompok Sosial ............................................... 119
2
. Tipe-tipe Kelompok Sosial ............................................. 123
Rangkuman .............................................................................. 132
Uji Kompetensi
......................................................................... 136
Bab V Klasifikasi Kelompok Sosial dalam Masyarakat
.................. 141
A. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
(Charles Horton Cooley 1909) ............................................. 143
1. Kelompok Primer .......................................................... 143
2.
Kelompok Sekunder ...................................................... 144
B. Kelompok Dalam dan Kelompok Luar (W.G. Summer, 1940) . 147
C.
Asosiasi, Kelompok Sosial, Kelompok Kemasyarakatan,
dan Kelompok Statistik (Robert Bierstedt, 1948) .................... 151
D. Reference Group dan Membership Group
(Robert K. Merton, 1965) .................................................... 154
1. Reference Group .......................................................... 154
2.
Membreship Group ....................................................... 155
E. Paguyuban dan Patembayan (Ferdinand Tonnies, 1967) ......... 157
1. Paguyuban ................................................................... 158
2.
Patembayan .................................................................. 159
F. Kelompok Solidaritas Mekanis dan Kelompok Solidaritas
Or
ganis (Emile Durkheim, 1968) .........................................
160
G. Kelompok Formal dan Kelompok Informal ............................ 163
Rangkuman
.............................................................................. 167
Uji Kompetensi ......................................................................... 172
vii
Bab VI Perkembangan Kelompok Sosial dalam Masyarakat
Multikultural
..........................................................................
177
A. Proses Terbentuknya Kelompok Sosial .................................. 179
B. Dinamika Kelompok Sosial ................................................... 183
1. Pengaruh dari Dalam Kelompok (Internal) ........................ 186
2.
Pengaruh dari Luar Kelompok (Eksternal) ........................ 186
C. Hubungan Antarkelompok Sosial .......................................... 190
1. Eksploitasi
.................................................................... 192
2. Diskriminasi .................................................................. 192
3. Segrega
si ..................................................................... 192
4. Difusi ........................................................................... 193
5. Asimilasi ....................................................................... 194
6. Akulturasi ..................................................................... 194
7. Paternalisme ................................................................. 195
D. Integrasi Sosial dalam Masyarakat Multikultural ....................... 197
1. Membina Hubungan Simbiosis Mutualisme ...................... 199
2.
Distribusi Sumber Daya Secara Adil ................................ 201
3. Penanggulangan Kemiskinan .......................................... 202
4. Membina Kesadaran Pluralisme Budaya ........................... 204
5. Mengembangkan Mental Kenegaraan Para Tokoh
Masyarakat ................................................................... 205
6. Gerakan Emansipasi Wanita ........................................... 206
7. Mendorong Asimilasi dan Amalgamasi ............................ 208
8. Mendorong Munculnya Kelas Sosial Menengah ................ 209
Rangkuman .............................................................................. 211
Uji Kompetensi
......................................................................... 215
Pelatihan Ulangan Umum
.................................................................. 219
Daftar Pustaka
................................................................................... 229
Glosarium
.......................................................................................... 232
Daftar Gambar
................................................................................... 238
Indeks Subjek dan Pengarang
.......................................................... 241
viii
STRUKTUR SOSIAL DAN DAMPAKNYA
DALAM KEHIDUPAN KITA
BAB I
Dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat, tentu Anda sering men-
dengar berbagai sebutan terhadap
orang-orang di sekeliling Anda. Ada
orang yang disebut sebagai golongan
orang kaya, sebagian lagi disebut se-
bagai golongan orang miskin. Dalam
kehidupan beragama, Anda juga
mengenal sebutan terhadap sekelom-
pok orang sebagai umat Islam, umat
Nasrani, umat Hindu, dan lain-lain.
Bahkan, ketika Anda di sekolah pun
ada pengelompokan menjadi Kelas X,
Kelas XI, dan Kelas XII. Semua itu
adalah kenyataan sosial di masyarakat
yang penting untuk dipelajari.
Sebutan-sebutan itu menunjukkan bahwa pengelompokan warga masya-
rakat berdasarkan kesamaan ciri tertentu. Ada ciri-ciri pembeda yang membuat
kelompok-kelompok yang terbentuk memiliki tingkatan. Walaupun demikian,
semua itu menjalin satu kesatuan sosial yang saling melengkapi sehingga
membentuk suatu keutuhan yang disebut masyarakat.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari isi bab ini diharapkan Anda dapat:
1. memahami struktur sosial,
2. mendeskripsikan terjadinya stratifikasi dan diferensiasi sosial,
3. memberi contoh bentuk-bentuk struktur sosial, serta
4. menjelaskan pengaruh dan konsekuensi adanya struktur sosial.
Gambar 1.1
Salah satu contoh pengelompokan
sosial adalah para siswa sekolah.
Sumber: Haryana
Kata Kunci :
Struktural, Proses stratifikasi, Diferensiasi sosial, Kelas-kelas
sosial,
Kelompok-kelompok sosial.
2
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Peta Konsep
aktor:
(a) Kekayaan dan
Penghasilan
(b) Pekerjaan
(c) Pendidikan
STRUKTUR SOSIAL
aktor:
(a) Kemampuan
(b) Gaya Hidup
(c) Perbedaan Hak
dan Sumberdaya
Stratifikasi Sosial
Deferensiasi Sosial
Stratifikasi
Ekonomi
Stratifikasi
Status Sosial
Deferensiasi
Ras
Deferensiasi
Agama
Stratifikasi
Politik
Stratifikasi
Usia
Deferensiasi
Etnis
Deferensiasi
Gender
Gaya
Berbusana
Perlengkapan
Rumah Tangga
Peluang Hidup
dan Kesehatan
Ketegangan
Etnik
Apresiasi Seni
dan Hiburan
Selera Makan
dan Minuman
Kebahagiaan dan
Proses Sosialisasi
Peluang Pekerja
dan Berusaha
Bacaan
Kegiatan
Rekreasi
Sikap Politik dan Respon
Terhadap Perubahan Sosial
Mencakup
Meliputi
Meliputi
Mencakup
Meliputi
Meliputi
Konsekuensi
Struktur
Sosial
Dampak Struktur
Sosial
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
3
A. Struktur Sosial
Masyarakat selalu bergerak dinamis seiring dengan kemajuan jaman.
Semakin kompleks suatu masyarakat, maka terjadi pembagian kerja yang semakin
rinci. Dalam masyarakat primitif, sebuah keluarga menjalankan semua fungsi
sosial mulai dari merawat dan mendidik anak, mencari nafkah, membuat
pakaian, membuat rumah, dan sebagainya. Hal tersebut berlawanan dengan
masyarakat modern. Berbagai urusan dan kebutuhan hidup dikerjakan oleh
orang-orang tertentu sesuai keahliannya. Misalnya pendidikan anak diserahkan
kepada guru, perawatan kesehatan dikerjakan oleh dokter, dan lain-lain.
Semakin rinci pembagian kerja dalam suatu masyarakat, semakin banyak
kelompok-kelompok sosial yang terbentuk. Kelompok-kelompok sosial itu mem-
bentuk keutuhan masyarakat. Ada dua macam kelompok sosial di masyarakat,
yaitu kelompok-kelompok yang memiliki strata atau tingkatan berbeda dan
kelompok-kelompok yang memiliki strata sama. Kelompok-kelompok dengan
strata berjenjang dihasilkan oleh proses yang disebut stratifikasi sosial, sedangkan
kelompok-kelompok yang tidak berjenjang dihasilkan oleh diferensiasi sosial.
Stratifikasi dan diferensiasi secara bersama-sama membentuk struktur sosial.
Diferensiasi sosial adalah pembedaan warga masyarakat menjadi kelompok-
kelompok secara horizontal dan tidak berjenjang, ini disebut kelompok sosial,
sedangkan stratifikasi sosial membedakan kelompok-kelompok dalam ma-
syarakat secara vertikal dan berjenjang, yang disebut dengan kelas sosial. Kelas-
kelas sosial bersama-sama dengan kelompok-kelompok sosial yang ada di
masyarakat membentuk suatu rangkaian yang disebut
s
truktur sosial.
1. Stratifikasi Sosial
a. Pengertian Stratifikasi Sosial
Di dalam masyarakat, ada orang-orang
tertentu yang menduduki kelas sosial lebih
tinggi, sedang yang lainnya berada di kelas
sosial lebih rendah. Perbedaan kedudukan di-
ukur menurut penilaian warga masyarakat
yang bersangkutan. Secara umum, keduduk-
an setiap warga masyarakat dapat dibagi
dalam tiga strata (lapisan kelas), yaitu kelas
atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Pem-
bagian ini tidak bersifat mutlak, namun ber-
variasi menurut kondisi masyarakat yang
bersangkutan. Semakin kompleks suatu
masyarakat maka semakin kompleks bentuk
kelas sosial yang ada.
Infososio
STRATI IKASI
SOSIAL
Stratifikasi sosial adalah suatu
pembedaan penduduk atau ma-
syarakat ke dalam kelas-kelas se-
cara bertingkat atau hirarkis.
Perbedaan-perbedaan itu sering
mengkotak-kotakkan kelas-kelas
sosial pada kutub-kutub yang sa-
ling berseberangan.
Pitirim A. Sorokin
4
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Perbedaan kekuasaan, kekayaan dan penghasilan, atau prestise menga-
kibatkan munculnya tingkatan-tingkatan atau kelas-kelas sosial dalam ma-
syarakat. Satu kelompok memiliki kekuasaan, sementara kelompok lain justru
dikuasainya. Satu kelompok memiliki banyak kekayaan, sementara kelompok
lain miskin harta. Satu kelompok memiliki status kebangsawanan (darah biru),
sementara yang lain hanya rakyat biasa. Karena perbedaan-perbedaan itu bersifat
bertingkat-tingkat, maka disebut kelas sosial.
Tidak ada masyarakat tanpa kelas, bahkan di negara-negara komunis yang
menganut ajaran Karl Marx sekalipun. Anda tahu, bahwa salah satu cita-cita
ajaran komunis adalah menciptakan masyarakat tanpa kelas. Namun kenyataan-
nya, di negara-negara komunis tetap ada kelas-kelas sosial. Dimanapun
pemerintahan komunis itu dianut, tetap saja ada perbedaan dalam hal kekayaan,
kekuasaan, prestise, keturunan, agama, dan pekerjaan antarwarga masyarakat.
Misalnya, perbedaan antara kelas penguasa dan rakyat biasa. Para pejabat
pemerintah memiliki kekuasaan untuk mengatur negara sehingga mereka
merupakan kelas yang lebih berkuasa, sedangkan rakyat biasa tidak memiliki
kekuasaan sehingga merupakan kelas sosial yang dikuasai. Para pengatur negara
juga memiliki banyak kekayaan dibandingkan dengan rakyatnya. Itu membukti-
kan adanya kelas sosial di masyarakat komunis.
Di dalam masyarakat, senantiasa ada perbedaan antara suatu kelompok
dengan kelompok lainnya. Ada kelompok yang berkedudukan lebih tinggi dan
ada pula yang berkedudukan lebih rendah. Setiap kelas sosial memiliki hak,
kewajiban, tanggung jawab, pengaruh, dan nilai-nilai tertentu yang berbeda
dengan kelas sosial lainnya. Keadaan seperti itu membuktikan bahwa di dalam
masyarakat terdapat stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial bermula sejak terbentuknya masyarakat. Dalam masyarakat
yang masih sederhana, pelapisan sosial juga masih sederhana. Semakin kom-
pleks perkembangan masyarakat, maka sistem pelapisan sosialnya pun semakin
rumit.
Gambar 1.2
Setiap kelas sosial berkedudukan bertingkat atau tidak sejajar.
Rendah
KELAS SOSIAL
Orang
Miskin
Golongan
Menengah
Orang
Kaya
Tinggi
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
5
Kelas sosial adalah suatu strata (lapisan)
orang-orang yang berkedudukan sama dalam
suatu kesatuan status sosial. Orang-orang itu
menganggap diri mereka sederajad. Akan te-
tapi, mereka memiliki orientasi politik, nilai
budaya, sikap, keyakinan, dan norma perilaku
yang tidak sama dengan kelas sosial lainnya.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kelas
sosial memiliki suatu kebudayaan khusus atau
subkultur. Subkultur mengandung arti suatu
bagian dari sebuah kebudayaan masyarakat
yang lebih besar.
Stratifikasi sosial muncul dalam dua cara,
yaitu alamiah dan disengaja. Alasan utama
terbentuknya lapisan masyarakat secara alam-
iah adalah kepandaian, senioritas, pemimpin
masyarakat adat, dan harta dalam batas-batas
tertentu. Pada masyarakat yang hidup dari
berburu, kepandaian berburu menjadi alasan
utama seseorang untuk ditempatkan pada
stratifikasi sosial yang tinggi. Begitu juga pada
masyarakat yang bercocok tanam. Alasan
utama stratifikasi sosial yang disengaja adalah
berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan
wewenang resmi dalam organisasi formal, seperti pemerintah, perusahaan,
parpol, dan lain-lain.
Setiap masyarakat memiliki sistem stratifikasi sendiri-sendiri. Dasar
pembagian kelas sosial pun beragam sehingga memengaruhi banyaknya kelas
sosial yang terbentuk. Hal tersebut membuat kelas-kelas sosial di setiap
masyarakat berbeda-beda. Ada yang secara sederhana terbagi menjadi dua
kelas, misalnya kelas bangsawan dan kelas rakyat jelata. Namun, ada juga yang
dibagi menjadi lebih dari dua kelas. Misalnya masyarakat terbagi menjadi tiga
kelas sosial, yaitu kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Perbedaan
kedudukan sosial setiap kelas memengaruhi cara kita berinteraksi. Dalam hal
status pekerjaan, Anda menganggap guru-guru memiliki kedudukan lebih tinggi
dari pada karyawan sekolah. Di antara para karyawan sekolah, juga ada anggap-
an bahwa terdapat perbedaan kedudukan antara petugas tata usaha dengan
pesuruh atau petugas kebersihan. Cara Anda bersikap kepada guru dan kepada
pesuruh kenyataannya juga berbeda. Kelas-kelas sosial itulah yang membuat
sebuah masyarakat menjadi bertingkat-tingkat atau berlapis-lapis.
Infososio
MASYARAKAT TANPA
KELAS
Karl Marx meramalkan kehan-
curan feodalisme. Kemudian akan
diikuti dengan munculnya kapita-
lisme. Dalam masyarakat kapitalis
terdapat dua kelas sosial, yaitu ke-
las borjuis yang menguasai alat-
alat produksi dan kelas proletar
yang beranggotakan kaum buruh
yang dieksploitasi kaum borjuis.
Selanjutnya, kaum proletar akan
berjuang menentang para kapi-
talis. Kapitalisme pun hancur dan
terbentuklah masyarakat tanpa
kelas.
Walaupun ramalan ini tidak ter-
bukti, namun pemikiran Karl
Marx telah mengilhami para pe-
mikir selanjutnya. Banyak pakar
membagi kelas-kelas sosial ber-
dasarkan faktor ekonomi seperti
yang dilakukan Karl Marx.
6
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
b. aktor-faktor Pembentuk Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial terbentuk karena di masyarakat terjadi persaingan untuk
memperoleh sesuatu yang dianggap berharga dan langka. Orang yang mampu
memiliki sesuatu yang dianggap berharga akan menempati strata lebih tinggi.
Sesuatu yang diperebutkan dapat berupa hal-hal yang bernilai ekonomis dan
hal-hal yang berupa status atau peran sosial. Sesuatu yang bernilai ekonomis
meliputi semua hal yang diperlukan untuk menunjang hidup manusia, misalnya
uang, kekayaan, pekerjaan, rumah, tanah, dan lain-lain, sedangkan status atau
peran sosial dapat berupa jabatan, ilmu pengetahuan, gelar kesarjanaan, gelar
kebangsawanan, kekuasaan, dan lain-lain. Semakin tinggi kelas sosial seseorang,
maka semakin banyak barang atau status tertentu yang dia kuasai.
Akan tetapi, segala sesuatu yang dianggap bernilai dapat saja berbeda antara
satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Misalnya, sawah dan ternak bagi
orang desa lebih berharga dibanding barang-barang elektronik. Anggapan ini
berbeda dengan orang kota.
Selain itu, terbentuknya kelas-kelas sosial di masyarakat merupakan
konsekuensi adanya pembagian jenis pekerjaan. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, semakin kompleks suatu masyarakat maka deferensiasi dan
pendistribusian pekerjaan juga semakin rinci. Setiap orang harus memilih salah
satu jenis pekerjaan (fungsi) dalam masyarakatnya. Ada orang-orang yang sejak
turun-temurun mewarisi kekuasaan sebagai kaum bangsawan atau orang kaya
raya . Mereka disebut kelas atas atau kaum elit. Ada orang-orang yang dengan
usahanya mampu memperoleh pekerjaan bagus dan berpenghasilan besar
sehingga mereka memperoleh kehidupan yang relatif lebih baik. Mereka disebut
kelas menengah. Namun, ada pula sekelompok orang yang karena keter-
batasannya terpaksa harus menjalani pekerjaan yang kasar. Mereka disebut
kelas bawah. Garis batas antarkelas sosial sulit ditentukan, dan jumlah anggota
setiap kelas sosial pun sulit diketahui. Hal itu karena perbedaan setiap orang
bersifat relatif dan setiap saat terjadi perubahan kondisi sosial ekonomi pada
setiap orang.
Banyak faktor yang menyebabkan terbentuknya kelas-kelas sosial. Secara
umum, faktor-faktor itu dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu
ekonomi dan sosial. 9aktor-faktor ekonomi membedakan kelas-kelas sosial
berdasarkan kekayaan, penghasilan, dan jenis pekerjaan. Sedangkan faktor
sosial membedakan kelas-kelas sosial berdasarkan tingkat dan jenis pendidikan,
identifikasi diri, prestise keturunan, partisipasi kelompok, dan pengakuan orang
lain. Kadang-kadang suatu kelas sosial dapat pula dikenali dengan simbol-simbol
status, cara berbicara, gaya hidup, selera seni, dan cara berpenampilan.
Berikut ini dibahas tiga faktor utama yang sering menjadi petunjuk dalam
menentukan kelas sosial di masyarakat.
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
7
1) 9aktor Kekayaan dan Penghasilan
Uang dan kekayaan dapat menentukan kelas sosial seseorang. Namun,
tingginya kedudukan sosial seseorang tidak secara langsung menjamin bahwa
orang tersebut memiliki uang dan kekayaan dalam jumlah besar. Contohnya
kehidupan kaum bangsawan di Indonesia yang hingga saat ini masih dianggap
kelas atas. Mungkin, pada kenyataanya kekayaan dan penghasilan mereka kalah
bila dibandingkan dengan kaum pengusaha yang berjuang dari kelas sosial
terendah. Begitu pula, orang biasa yang tiba-tiba memenangkan hadiah miliaran
rupiah, secara otomatis menaikkan kelas sosialnya menjadi warga kelas atas.
Pada dasarnya, kelas sosial merupakan suatu gaya hidup. Orang yang me-
menangkan undian tersebut tidak mungkin bisa seratus persen mengubah gaya
hidupnya seperti layaknya orang kelas atas. Walaupun dia mencoba meniru ga-
ya hidup kelas atas dengan uang yang dimilikinya, akan muncul kepalsuan pa-
da gaya hidupnya. Apalagi mentalitas dan selera kelas atas tidak mudah ditiru
begitu saja.
Namun demikian, secara umum uang dan kekayaan masih merupakan
faktor penting dalam menentukan perbedaan kelas sosial seseorang. Melihat
banyaknya uang dan kekayaan seseorang, maka dengan mudah akan diketahui
latar belakang keluarga dan cara hidup seseorang. Orang yang tidak memiliki
banyak uang, tentu tidak bisa membiayai gaya hidup seperti orang kelas atas.
Kebutuhan dan gaya hidup kelas atas antara lain, memiliki rumah mewah,
memiliki mobil mewah, membeli barang-barang mahal, dan lain-lain. Gaya hidup
seperti itu tidak mungkin dimiliki oleh orang dari kelas menengah ke bawah,
kecuali dengan usaha yang keras.
2) 9aktor Pekerjaan
Masyarakat memiliki penilaian tertentu terhadap setiap jenis pekerjaan.
Ada jenis pekerjaan yang dianggap memiliki prestise lebih dibandingkan dengan
jenis pekerjaan lainnya. Penghargaan terhadap setiap jenis pekerjaan berbeda-
Gambar 1.3
Kedua jenis pekerjaan ini sama pentingnya di masyarakat. Jika salah satu tidak
ada maka masyarakat akan pincang.
Sumber:
Tempo, 24 Oktober 2004
8
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
beda antara satu dengan masyarakat yang lain. Misalnya di Indonesia secara
umum, pekerjaan sebagai pegawai negeri lebih tinggi kedudukannya daripada
sebagai buruh pabrik. Demikian pula pekerjaan sebagai dokter dianggap lebih
tinggi kedudukannya dibanding pekerjaan sebagai guru.
Penilaian seperti itu berhubungan dengan keahlian dan pendidikan yang
menjadi syarat pekerjaan tersebut serta penghasilan yang diperoleh dari
pekerjaan itu. Namun ada pengecualian, misalnya seorang artis mampu mem-
peroleh penghasilan jauh lebih tinggi daripada penghasilan seorang guru dalam
sebulan. Walaupun demikian, masyarakat tetap menilai bahwa guru adalah
jenis pekerjaan yang memiliki prestise lebih tinggi dan lebih terhormat daripada
artis.
Pada dasarnya, kelas sosial merupakan cara atau gaya hidup seseorang.
Pekerjaan hanya merupakan salah satu hal yang dapat digunakan untuk
menentukan kelas sosial seseorang.
3) 9aktor Pendidikan
Latar belakang pendidikan dapat memengaruhi kelas sosial seseorang. Ada
dua alasan mengapa bisa demikian. Pertama, pendidikan tinggi memerlukan
biaya dan motivasi. Artinya, pendidikan hanya dapat diperoleh bagi mereka
yang mempunyai biaya dan motivasi untuk belajar. Walaupun demikian, tidak
ada jaminan bagi kelas sosial yang mempunyai kemampuan finansial dapat
memperoleh pendidikan pada jenjang
yang tinggi dengan mudah apabila me-
reka tidak memiliki motivasi. Sebalik-
nya, tidak mustahil bagi kelas sosial ba-
wah untuk memperoleh pendidikan
yang tinggi walaupun hanya dengan
motivasi belajar yang kuat.
Kedua, setelah seseorang mem-
peroleh pendidikan, maka terjadilah
perubahan mental, selera, minat, tujuan
hidup (cita-cita), tata krama, cara ber-
bicara, dan aspek-aspek gaya hidup lain-
nya. Selain itu, pendidikan juga membekali seseorang dengan keahlian dan
keterampilan yang memungkinkannya memperoleh pekerjaan lebih baik.
c. Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial
Kekayaan, penghasilan, pekerjaan, dan pendidikan merupakan faktor utama
dalam menentukan kelas sosial seseorang. Namun, kelas sosial seseorang tidak
semata-mata ditentukan oleh faktor tersebut saja. 9aktor lainnya adalah usia,
jenis kelamin (gender), agama, kelompok etnis atau ras, kekuasaan, status,
tempat tinggal, dan faktor-faktor lainnya. Semua faktor tersebut dapat dikategori-
kan menjadi tiga kelompok, yaitu faktor ekonomi, politis, dan status.
Gambar 1.4
Golongan orang terpelajar selalu
dianggap berstatus sosial tinggi.
Sumber: Haryana
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
9
9aktor-faktor tersebut menentukan bentuk-bentuk kelas sosial di masyarakat.
Karena kelas-kelas sosial merupakan penyusun stratifikasi sosial, maka pada
dasarnya bentuk-bentuk stratifikasi sesuai dengan faktor-faktor penentunya.
Oleh karena itu, Jeffris dan Ransom (1980) merinci bentuk stratifikasi sosial
sebagai berikut.
1) Stratifikasi Ekonomi (
Economic Stratification)
Bentuk stratifikasi berdasarkan faktor ekonomi terjadi sejak zaman
Aristoteles. 9aktor-faktor ekonomi yang sering menjadi dasar terbentuknya kelas
sosial antara lain kekayaan, penghasilan, dan kepemilikan alat produksi.
Penghasilan adalah pemasukan bersih yang diperoleh seseorang dalam jangka
waktu tertentu. Dengan mengukur tingkat penghasilan seseorang, maka diperoleh
bentuk stratifikasi sosial yang menggolongkan warga masyarakat menjadi kelas
bawah atau kelas atas.
9aktor ekonomi lain yang menentukan bentuk stratifikasi sosial adalah ke-
pemilikan kekayaan dan sarana produksi. 9aktor ini dapat menghasilkan bentuk-
bentuk kelas sosial yang berbeda dari satu masyarakat dengan masyarakat
lainnya. Di kalangan masyarakat petani misalnya, luas sawah yang dimiliki biasa-
nya dijadikan dasar penentuan kelas sosial.
Sajago (1978) membagi kelas sosial masyarakat petani menjadi tiga, antara
lain sebagai berikut.
a) Petani sangat miskin dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,25 hektar.
b) Petani miskin dengan kepemilikan lahan antara 0,25 hingga 0,5 hektar.
c) Petani cukup dengan kepemilikan lahan lebih dari 0,5 hektar.
Kusnadi (2002) membagi kelas sosial masyarakat nelayan menjadi tiga, antara
lain sebagai berikut.
a) Kelas nelayan pemilik sarana dan kelas buruh, dilihat dari segi kepemilikan
alat produksi.
b) Kelas nelayan bermodal besar dan kelas nelayan bermodal kecil, dilihat
dari segi besarnya modal yang dinvestasikan.
c) Kelas nelayan modern dan nelayan tradisional, dilihat dari segi penggunaan
teknologi.
Stratifikasi ekonomi juga meliputi pembagian kelas-kelas sosial berdasarkan
pekerjaan (
occupational stratification
). Jenis pekerjaan yang membutuhkan
pendidikan, keahlian, dan keterampilan tinggi biasanya diduduki oleh orang-
orang yang memperoleh imbalan (upah) yang tinggi pula. Sementara itu,
pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian dan pendidikan khusus hanya mem-
peroleh upah yang rendah. Oleh karena itu, para direktur, manajer, akuntan,
guru, dokter dan sebagainya dianggap berada dalam kelas orang atas jika
dibandingkan dengan para petani, nelayan, dan buruh pada umumnya.
10
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
2) Stratifikasi Politik (
Political Stratification
)
Persoalan politik berarti persoalan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemam-
puan yang dimiliki seseorang untuk memengaruhi orang lain dalam mencapai
suatu tujuan. Misalnya, seorang bupati dengan kewenangannya dapat meng-
gerakkan masyarakat di daerahnya untuk melaksanakan program pembangunan
di daerah itu. Tidak hanya orang yang memiliki jabatan formal yang memiliki
kekuasaan. Seorang kiai, kepala suku, atau tokoh masyarakat juga memiliki
kekuasaan terhadap warga masyarakatnya.
Stratifikasi politik menghasilkan dua kelas, yaitu:
a) Kelas penguasa; kelas ini terdiri dari sekelompok elit yang jumlahnya sedikit.
Di tangan kelas penguasa itulah wewenang untuk mengatur gerak
masyarakat berada. Anggota kelas penguasa memiliki kesadaran bahwa
kelompoknyalah yang berwenang mengatur. Mereka bersatu dan tidak setiap
orang dapat menjadi anggota kelas itu. Sifat kelas penguasa yang demikian,
terjadi pada sistem pada masyarakat yang hidup dalam pemerintahan feodal
dan otoriter.
b) Kelas yang dikuasai; kelas ini terdiri dari warga masyarakat kebanyakan.
Mereka menjadi objek kekuasaan serta tidak mempunyai wewenang untuk
mengatur. Mereka harus tunduk pada semua aturan yang telah dibuat dan
diputuskan oleh penguasa, serta menjadi objek kekuasaan.
Seiring dengan berkembangnya masyarakat, kelas penguasa tidak lagi
memonopoli suatu wewenang. Terutama, jika masyarakat itu telah menerapkan
sistem demokrasi. Misalnya, sistem pembagian kekuasaan yang diterapkan di
Indonesia yang menganut trias politika. Kekuasaan eksekutif dilaksanakan oleh
pemerintah (pusat atau daerah), kekuasaan legislatif dipegang oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, dan kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung
dan Pengadilan. Di samping itu, masih ada lembaga swadaya masyarakat dan
media massa yang turut aktif mengontrol jalannya pemerintahan.
3) Stratifikasi Status Sosial (
Social Status Stratification
)
Kelas-kelas sosial di masyarakat terjadi karena adanya perbedaan status
berdasarkan kehormatan. Di satu sisi ada kelas sosial yang memiliki status lebih
tinggi dan terhormat, sedangkan di sisi lain ada kelas yang tidak memiliki kehor-
matan seperti yang disebutkan pertama. Kelas terhormat biasanya bersifat
eksklusif, membatasi pergaulan dengan kelas sosial di bawahnya, dan melarang
adanya perkawinan dengan orang dari luar kelas sosialnya. Status sosial ber-
dasarkan kehormatan dalam masyarakat berupa kelas bangsawan di satu sisi
dan kelas rakyat jelata di sisi lain, atau para tokoh agama di satu sisi dan para
pengikutnya di sisi lain.
4) Stratifikasi Usia (
Age Stratification
)
Stratifikasi berdasarkan usia (
age stratification
) membagi masyarakat menjadi
kelompok usia balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan manula. Setiap kelompok
usia memiliki hak dan kewajiban berbeda. Orang yang lebih muda selayaknya
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
11
menghormati orang yang lebih tua. Salah satu contoh pengaruh stratifikasi
usia terdapat dalam sistem pewarisan tahta kerajaan di Inggris, Jepang, dan
Belanda. Di ketiga negara itu, orang yang berhak mewarisi tahta adalah anak
tertua dari keturunan raja atau kaisar. Dalam lingkup yang lebih luas, stratifikasi
usia mengandung arti status kehormatan yang didasarkan kepada senioritas.
Orang atau kelompok yang senior lebih dihormati dari pada kelompok yunior.
Misal, secara umum orang-orang yang dianggap senior (pada umumnya lebih
dewasa dalam usia atau lebih berpengalaman) ditempatkan pada jabatan-jabatan
lebih tinggi dalam suatu organisasi pemerintahan atau swasta.
d. Ciri-ciri Stratifikasi Sosial
Adanya stratifikasi sosial membuat sekelompok orang memiliki ciri-ciri yang
berbeda dalam hal kedudukan, gaya hidup, dan perolehan sumber daya. Ketiga
ciri stratifikasi sosial adalah sebagai berikut.
1) Perbedaan Kemampuan
Anggota masyarakat dari kelas (strata) tinggi memiliki kemampuan lebih
tinggi dibandingkan dengan anggota kelas sosial di bawahnya. Misalnya, orang
kaya tentu mampu membeli mobil mewah, rumah bagus, dan membiayai
pendidikan anaknya sampai jenjang tertinggi. Sementara itu, orang miskin,
harus bejuang keras untuk biaya hidup sehari-hari.
2) Perbedaan Gaya Hidup
Gaya hidup meliputi banyak hal, seperti mode pakaian, model rumah, selera
makanan, kegiatan sehari-hari, kendaraan, selera seni, cara berbicara, tata krama
pergaulan, hobi (kegemaran), dan lain-lain. Orang yang berasal dari kelas atas
(pejabat tinggi pemerintahan atau pengusaha besar) tentu memiliki gaya hidup
yang berbeda dengan orang kelas bawah. Orang kalangan atas biasanya
berbusana mahal dan bermerek, berlibur ke luar negeri, bepergian dengan
mobil mewah atau naik pesawat, sedangkan orang kalangan bawah cukup
berbusana dengan bahan sederhana, bepergian dengan kendaraan umum, dan
berlibur di tempat-tempat wisata terdekat.
3) Perbedaan Hak dan Perolehan Sumber Daya
Hak adalah sesuatu yang dapat diperoleh atau dinikmati sehubungan dengan
kedudukan seseorang, sedangkan sumber daya adalah segala sesuatu yang
bermanfaat untuk mendukung kehidupan seseorang. Semakin tinggi kelas sosial
seseorang maka hak yang diperolehnya semakin besar, termasuk kemampuan
untuk memperoleh sumber daya. Misalnya, hak yang dimiliki oleh seorang
direktur sebuah perusahaan dengan hak yang dimiliki para karyawan tentu
berbeda. Penghasilannya pun berbeda. Sementara itu, semakin besar
penghasilan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk memperoleh
hal-hal lain.
12
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
e. Sifat dan Manfaat Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial dalam masyarakat mempunyai dua sifat yaitu stratifikasi
tertutup dan terbuka. Stratifikasi tertutup membatasi kemungkinan berpindahnya
seseorang dari satu lapisan ke lapisan lainnya, baik perpindahan ke atas atau
ke bawah. Satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam
stratifikasi tertutup adalah kelahiran, misalnya dalam sistem kasta di India atau
Bali. Seseorang yang terlahir di kasta sudra akan selamanya berada di kasta
tersebut.Sistem kasta mengganggap tidak pantas (tabu) bagi anggota masyarakat
yang melakukan perkawinan antarkasta.
Dalam dunia modern, sistem tertutup itu pernah terjadi, yaitu ketika Amerika
Serikat menerapkan pemisahan kelas kulit putih dan kelas kulit hitam yang
dikenal dengan
segregation
. Begitu pula dengan sistem
apartheit
yang pernah
berlaku di Afrika Selatan.
Namun, semakin maju suatu masyarakat biasanya sistem stratifikasi tertutup
cenderung ditinggalkan. Kesadaran bahwa setiap orang memiliki hak yang sama
untuk memasuki kelas sosial tertentu sesuai dengan kemampuannya telah
melahirkan sistem stratifikasi terbuka. Seseorang dapat berpindah naik maupun
turun strara sosialnya. Misal, pada saat ini peluang untuk menduduki kelas
sosial atas (orang kaya, pejabat tinggi pemerintah) terbuka bagi siapa saja yang
mampu memenuhi syarat-syaratnya. Bahkan, kini siapa pun dapat menjadi
priyayi asal berhasil menduduki salah satu jabatan di pemerintahan (tinggi
maupun rendah).
Satu hal yang perlu dipahami, bahwa tidak ada suatu stratifikasi yang dapat
dikatakan benar-benar tertutup atau benar-benar terbuka. Pengertian stratifikasi
tertutup dan terbuka hanya sebatas kadar ketertutupan atau keterbukaannya
saja.
Dalam masyarakat modern, sistem stratifikasi sosial sangat diperlukan. Hal
ini disebabkan berkembangnya persoalan dan sistem pembagian kerja dalam
masyarakat. Suatu pekerjaan dalam sistem pembagian kerja membutuhkan
spesialisasi-spesialisasi tertentu yang tidak bisa dilakukan oleh satu orang saja.
Dengan demikian, masyarakat modern menyesuaikan diri dengan tuntutan dari
sistem pembagian kerja. Stratifikasi sosial memungkinkan suatu pekerjaan dapat
dilakukan lebih efektif dan waktu yang relatif singkat. Selain itu, stratifikasi
dapat merangsang tumbuhnya iklim kompetisi dalam masyarakat secara sehat.
2. Deferensiasi Sosial
a. Pengertian Deferensiasi Sosial
Di samping ada pengelompokan kelas-kelas sosial yang bertingkat-tingkat,
ternyata di masyarakat juga ada pengelompokkan lain yang tidak menyebabkan
adanya tingkatan. Anda tentu sering mendengar sebutan masyarakat Jawa atau
masyarakat Batak, umat Islam atau umat Kristen, kaum pria atau kaum wanita,
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
13
turis asing atau turis lokal. Semua sebutan ini jelas mengelompokkan orang
dalam kesatuan yang berbeda, namun tidak menunjukkan adanya tingkatan.
Tidak ada seorang pun yang menganggap bahwa orang Jawa berkedudukan
lebih tinggi daripada orang Batak. Tidak ada pula orang yang menganggap
bahwa kaum pria kedudukannya lebih tinggi daripada kaum wanita. Hal itu
menunjukkan bahwa kelompok-kelompok sosial dianggap berkedudukan sama,
tidak bertingkat. Penggolongan seperti ini disebut deferensiasi sosial. Setiap
kelompok yang tercakup dalam deferensiasi disebut kelompok sosial. Banyak
sekali kelompok-kelompok sosial yang ada di masyarakat. Semua itu juga
membentuk kesatuan struktur masyarakat.
Proses deferensiasi sosial menghasilkan adanya kelompok-kelompok sosial
di masyarakat. Deferensiasi (ketidaksamaan) sosial berupa perbedaan prestise
atau pengaruh seseorang terhadap seseorang yang lain. Oleh karena itu, de-
ferensiasi bersifat individual. Deferensiasi sosial dapat terjadi dalam masyarakat
yang bersifat homogen. Masyarakat homogen adalah satu kelompok sosial yang
sama, misalnya kelompok orang Minang. Setiap individu dalam kelompok orang
Minang memiliki perbedaan dalam hal-hal tertentu.
Deferensiasi membedakan kelompok-kelompok dalam masyarakat menurut
ciri-ciri biologis antarmanusia atau atas dasar agama, jenis kelamin, dan profesi.
Oleh karena itu, deferensiasi sosial membedakan orang Minang berjenis kelamin
pria dengan orang Minang yang berjenis kelamin wanita, orang Dayak yang
berprofesi sebagai karyawan dengan orang Dayak yang berprofesi sebagai
pengusaha, dan seterusnya.
b. Deferensiasi Sosial Berdasarkan Ras, Etnik, Agama, dan Gender
Pada dasarnya setiap masyarakat bersifat pluralistik karena di dalamnya
selalu terdapat perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan oleh
beberapa kenyataan. Kenyataan-kenyataan itu adalah perbedaan dalam hal
agama yang dianut, ciri fisik, kebudayaan (etnik), profesi, dan perbedaan jenis
kelamin. Secara etnik, perbedaan semakin beragam karena terpisah-pisah
menurut perbedaan bahasa, adat-istiadat, sejarah, nilai dan norma, dan wilayah
Gambar 1.5
Setiap kelompok sosial berkedudukan sama atau sejajar.
Suku
Jawa
Suku
Batak
Suku
Papua
KELOMPOK SOSIAL
14
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
masing-masing etnis. Setiap orang yang memiliki kesamaan dalam hal unsur-
unsur di atas cenderung mengelompok menjadi satu. Akibatnya, terbentuklah
kelompok-kelompok sosial yang berbeda latar belakangnya.
Dari semua aspek di atas, berikut ini akan diuraikan lebih jauh mengenai
deferensiasi sosial berdasarkan ras, etnik, agama, dan gender (jenis kelamin).
1) Perbedaan Ras
Menurut Horton dan Hunt (1987), ras adalah suatu kelompok manusia
yang agak berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya dalam segi ciri fisik
bawaan. Perbedaan menurut ras sangat penting untuk diperhatikan karena
memengaruhi interaksi sosial. Kita selalu mengidentifikasikan diri kita atau orang
lain sebagai bagian dari kelompok ras tertentu, terutama berdasarkan kesama-
an warna kulit. Oleh karena itu, pemahaman mengenai klasifikasi ras sangat
diperlukan dalam rangka memahami perilaku manusia di masyarakat. Ke-
nyataannya, perbedaan ras telah menyebabkan terjadinya prasangka dan
kesalahpahaman rasial di masyarakat.
Contohnya, hubungan antara orang keturunan Cina dengan orang pribumi
di Indonesia senantiasa berbeda dengan hubungan antara sesama orang
keturunan Cina atau sesama keturunan pribumi. Padahal sebagai sesama warga
negara Indonesia semua mendapat perlakuan yang sama di mata hukum.
a) Teori Tiga Ras
Teori ini membagi kelompok manusia di dunia menjadi 3 ras utama.
(1) Ras kulit putih (Kaukasoid) memiliki ciri-ciri fisik meliputi:
(a) wajah dan bagian-bagiannya menonjol,
(b) rambut lurus atau berombak,
(c) hidung sempit,
(d) bertubuh tinggi, dan
(e) warna kulit terang.
(2) Ras kulit kuning dan coklat (Mongoloid) memiliki ciri-ciri fisik meliputi:
(a) wajah mendatar, pangkal hidung rendah dan pipi menonjol ke depan,
(b) celah mata mendatar dengan kerut mongol,
(c) rambut hitam lurus dan tebal, dan
(d) warna kulit kekuningan
(3) Ras kulit hitam (Negroid) memiliki ciri-ciri fisik meliputi:
(a) warna kulit gelap,
(b) rambut keriting,
(c) hidung sangat lebar,
(d) wajah prognat, dan
(e) bibir tebal.
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
15
b) Teori Evolusi
Teori ini berdasarkan pemikiran Charles R. Dawin. Menurut teori evo-
lusi, semua ras manusia berasal dari satu keturunan sehingga secara umum
semua memiliki ciri dasar yang sama sebagai ras manusia. Namun karena
perkembangan dan persebarannya, terjadilah perubahan ciri-ciri fisik yang
disebabkan oleh keadaan lingkungan tempat mereka hidup. Orang yang
tinggal di daerah beriklim dingin mempunyai kulit yang berwarna cerah.
Sementara itu yang tinggal di daerah khatulistiwa mempunyai kulit yang
berwarna gelap. Lebih dari itu, perkembangan manusia selama ribuan tahun
telah membuat beberapa ras saling membaur dalam bentuk perkawinan
sehingga terjadi percampuran.
c) Teori Ras Geografis
Teori ras geografis membagi manusia ke dalam sembilan ras, yaitu:
(1) ras orang-orang Afrika,
(2) ras orang-orang Indian-Amerika,
(3) ras orang-orang Asia,
(4) ras orang-orang Australia,
(5) ras orang-orang Eropa,
(6) ras orang-orang India,
(7) ras orang-orang Melanesia,
(8) ras orang-orang Mikronesia, dan
(9) ras orang Polinesia.
Pembagian kesembilan ras itu didasarkan pada ciri-ciri yang menunjuk-
kan kemiripan.
2) Perbedaan Etnik
Istilah etnik berasal dari bahasa Yunani
ethnikos
yang berarti memiliki satu
kebangsaan atau kelompok asing. Kelompok etnik adalah suatu kelompok orang
yang memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan kelompok-
Gambar 1.6
Indonesia kaya akan kelompok etnik. Mereka bersatu merangkai mutiara
mutumanikam yang bernama Indonesia.
Sumber:
Indonesian Heritage dan Insight Guides
16
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
kelompok lain di masyarakat. Kesatuan kelompok tersebut diikat oleh asal
keturunan atau nenek moyang, budaya, bahasa, kebangsaan, agama, atau per-
paduan dari beberapa hal tersebut. Kelompok etnik membuat masyarakat
semakin kaya dan semakin beragam oleh adanya berbagai corak budaya, karena
mereka menyumbangkan berbagai pengaruh budaya yang mereka bawa dari
nenek moyangnya.
Dalam masyarakat, terdapat kelompok etnik minoritas dan mayoritas.
Perbedaan ini bukan hanya didasarkan pada jumlah anggota dalam satu lingkup
geografis tertentu, akan tetapi juga pengaruh dan kekuasaan yang dimiliki.
Contohnya kelompok etnik Cina dianggap minoritas karena jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan dengan etnik lainnya. Sebaliknya, pada saat penjajahan
Belanda, mereka dianggap kelompok mayoritas karena mempunyai kekuasaan
walaupun mereka berjumlah lebih sedikit dibanding dengan pribumi. 9aktor-
faktor yang membuat semakin beragamnya kelompok etnik adalah migrasi,
perang, perbudakan, perubahan batas wilayah politik, dan bentuk-bentuk per-
pindahan lainnya.
Kelompok-kelompok etnik memiliki kebudayaan tersendiri. Kebudayaan
itu mungkin berasal dari warisan nenek moyang mereka atau hasil asimilasi an-
tara kebudayaan nenek moyangnya dengan kebudayaan lain. Apabila suatu
kelompok sosial dianggap telah memiliki kebudayaan tersendiri, maka kelompok
tersebut telah menjadi satu kesatuan etnik (budaya) tersendiri. Oleh karena itu,
kelompok etnik dapat berupa satu kelompok ras tertentu dan dapat pula
campuran beberapa ras yang telah menyatu membentuk satu kebudayaan sendiri.
Keberadaan kebudayaan itu harus bisa diakui oleh anggota kelompok itu sendiri
maupun oleh kelompok lain.
Kebudayaan atau subkebudayaan setiap kelompok etnik bersifat tidak tetap,
karena hakikat kebudayaan memang selalu berubah. Perubahan itu terutama
diakibatkan oleh asimilasi dan amalgamasi. Asimilasi merupakan pembauran
dua kebudayaan yang berbeda sehingga melahirkan kebudayaan baru, sedang-
kan amalgamasi adalah pembauran dua ras manusia yang berbeda sehingga
menghasilkan satu rumpun. Amalgamasi terjadi lewat perkawinan antarras se-
hingga melahirkan keturunan yang memiliki ciri fisik-biologis perpaduan dua
ras yang berbaur. Namun, ciri fisik asal-usul mereka tidak hilang sepenuhnya.
Baik asimilasi maupun amalgamasi sama-sama mempunyai kemungkinan
melahirkan subkultur baru atau menyebabkan subkultur yang sebelumnya ada
di masyarakat menjadi punah.
Di negara-negara lain, asimilasi dan amalgamasi antara ras kulit putih, kulit
kuning, maupun kulit hitam selalu terjadi sehingga melahirkan kelompok etnik
baru. Begitu pula di Indonesia yang dari dulu memang kaya akan kelompok
etnik. Berbagai suku di Indonesia, seperti Jawa, Batak, Ambon, Makassar,
Madura, Cina, Minang, Papua, dan lain-lain merupakan kelompok-kelompok
etnik yang senantiasa berbaur secara fisik maupun biologis.
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
17
3) Perbedaan Agama
Menurut Emile Durkheim, agama adalah sistem terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal suci. Kepercayaan
dan praktik tersebut mempersatukan semua orang yang beriman (mempercayai
agama tersebut) ke dalam suatu komunitas moral yang disebut umat.
Agama-agama besar di dunia memiliki lima ciri utama, yaitu:
a) mempercayai adanya suatu kekuatan adikodrati,
b) adanya doktrin (ajaran) untuk menuju keselamatan,
c) adanya ketentuan yang mengatur hubungan antara sesama manusia dan
antara manusia dengan Tuhan,
d) penyampaian ajaran moral dengan menggunakan kisah-kisah yang tertulis
dalam kitab suci, serta
e) adanya upacara dan ritual tertentu.
Dalam dunia ini terdapat bermacam-macam agama yang dipeluk manusia.
Delapan agama besar yang paling dominan adalah Buddha, Nasrani, Kon-
fusianisme, Hindu, Islam, Yahudi, Shinto, dan Taoisme. Di Indonesia sendiri,
agama-agama yang dipeluk warga masyarakat secara berurutan dari yang paling
dominan adalah Islam, Kristen Protestan, Katholik, Buddha, Hindu, dan Khong
Hu Chu.
Agama mempersatukan orang-orang ke dalam satu kesatuan umat, namun
di sisi lain agama juga memisahkan orang-orang ke dalam berbagai kelompok
umat karena banyaknya agama yang ada di masyarakat. Apalagi setiap agama
kadang-kadang terpecah menjadi beberapa aliran atau sekte. Akhirnya, ter-
bentuklah kelompok-kelompok sosial di masyarakat yang menganut agama
atau aliran-aliran agama yang berbeda-beda.
4) Perbedaan Gender
Gender adalah pembedaan manusia menurut jenis kelaminnya. Secara
umum, manusia dikelompokkan menjadi dua jenis kelamin, pria dan wanita,
walaupun ada pengecualian bagi orang-orang yang dianggap memiliki penyim-
pangan seksualitas (homoseksual dan lesbian).
Gambar 1.7
Perbedaan gender dapat dilihat dari pekerjaan atau aktivitas yang sedang dilakukan.
Sumber:
Haryana
18
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Secara biologis, pria dan wanita memiliki perbedaan ciri-ciri fisik. Pria
memiliki kekuatan fisik yang melebihi wanita, sedangkan wanita memiliki
kemampuan untuk mengandung dan melahirkan anak. Para ahli sosiologi telah
meneliti pembagian peran sosial pria dan wanita, dan menyimpulkan bahwa
perbedaan itu hanya merupakan hasil sosialisasi, bukan pembawaan. Semua
pekerjaan yang dapat dilakukan pria umumnya dapat pula dilakukan wanita,
begitu juga sebaliknya.
Dalam masyarakat tradisional, wanita dipandang sebagai manusia yang
lemah. Mereka mengalami diskriminasi karena dianggap tidak mampu melalukan
pekerjaan yang mengandalkan kekuatan otot. Dalam masyarakat modern, mulai
muncul gerakan emansipasi wanita untuk menuntut persamaan hak dan ke-
setaraan peran dalam masyarakat. Wanita tidak mau lagi dianggap hanya mampu
melahirkan dan merawat anak, mengurus rumah tangga, dan tidak boleh ber-
karier di luar rumah.
Pada saat ini, gerakan emansipasi masih belum mampu menghilangkan
pembedaan kelompok pria dan wanita. Cita-cita untuk menciptakan masyarakat
androgini kelihatannya sulit terwujud. Androgini
adalah suatu masyarakat yang
orang-orangnya memiliki dua kepribadian sekaligus, sebagai pria dan sekaligus
sebagai wanita. Karakter pria yang agresif, bebas, percaya diri, dan penuh
ambisi dalam karier harus dimiliki pula oleh wanita. Sementara itu, karakter
wanita yang lembut, perasa, tergantung pada orang lain, dan suka mengalah
harus pula dimiliki oleh kaum pria. Keinginan seperti itu sulit terwujud, sehingga
perbedaan antara kaum pria dan wanita akan selalu mewarnai struktur sosial
suatu masyarakat.
Pilih dan kerjakan salah satu tugas di bawah ini, kemudian serahkan kepada
guru untuk dinilai!
1. Anda tentu mengenal masyarakat tempat tinggal Anda. Deskripsikanlah
stratifikasi sosial yang ada di masyarakat tempat tinggal Anda! Deskripsi
itu hendaknya meliputi:
a. stratifikasi berdasarkan faktor ekonomi,
b. stratifikasi berdasarkan faktor pekerjaan, serta
c. stratifikasi berdasarkan faktor pendidikan.
2. Seorang sosiolog asing bernama Cliffort Geertz pernah meneliti di-
ferensiasi sosial dalam masyarakat Jawa. Dia menemukan ada kelompok
priyayi, santri, dan abangan. Carilah informasi dari berbagi sumber
dan buatlah makalah mengenai hal itu! Presentasikan makalah Anda
di depan kelas sehingga memperoleh tanggapan!
Aktivitas Siswa
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
19
Kerjakan di buku tugas Anda!
Jawablah dengan tepat!
1. Jelaskan perbedaan deferensiasi sosial dengan stratifikasi sosial!
2. Apakah yang dimaksud dengan struktur sosial?
3. Apakah saja yang menyebabkan masyarakat terkotak-kotak dalam
kelas-kelas sosial?
4. Sebutkan ciri-ciri stratifikasi sosial!
5. 9aktor-faktor apa saja yang memengaruhi proses deferensiasi sosial?
Kerjakan di buku tugas Anda!
Ungkapkan tanggapan Anda terhadap pernyataan atau kasus di bawah
ini, dengan cara memberi tanda cek (
) pada kolom S (Setuju), TS (Tidak
Setuju) atau R (Ragu-ragu)!
Pelatihan
Tes Skala Sikap
No.
Pernyataan
S TS R
1. Dalam masyarakat homogen tidak dikenal
adanya struktur sosial.
2. Semakin kompleks suatu masyarakat, maka se-
makin banyak kelas-kelas dan kelompok-kelom-
pok sosial yang terbentuk.
3. Dalam struktur masyarakat Indonesia yang ma-
jemuk, setiap suku bangsa memiliki kedudukan
yang sama. Oleh karena itu, hak dan kewajiban
mereka pun harus disamakan serta tidak boleh
ada anggapan kelompok sosial kelas dua dan
dibiarkan tertinggal.
4. Stratifikasi sosial yang tertutup sangat tidak
menguntungkan, terutama dalam hal memper-
oleh kedudukan atau jabatan. Sebab, apabila
suatu jabatan hanya boleh diisi kelompok sosial
tertentu, maka akan menghilangkan kemung-
kinan masuknya ide-ide baru.
20
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
5. Orang yang memiliki kedudukan sosial tinggi
selalu memiliki kekayaan berlimpah. Sebaliknya,
orang yang memiliki kekayaan berlimpah belum
tentu memiliki kelas sosil tinggi.
B. Pengaruh dan Konsekuensi Struktur Sosial
1. Pengaruh Struktur Sosial terhadap Kehidupan Sehari-hari
Adanya kelompok-kelompok sosial, dan adanya kelas-kelas sosial menimbul-
kan pengaruh yang berbeda terhadap kehidupan di masyarakat. Pengaruh itu
berupa terwujudnya gaya hidup yang mencerminkan ciri khas orang-orang yang
menjadi anggota kelompok atau kelas sosial tertentu. Status sosial juga
berpengaruh terhadap perilaku seseorang, nilai-nilai sosial yang dijunjung, dan
bahkan gaya hidupnya. Setiap kelompok sosial maupun kelas sosial seolah-
olah mengembangkan gaya hidup (
life style
) tertentu yang bersifat eksklusif.
Gaya hidup tercermin dalam cara dan model berbusana, perlengkapan rumah
tangga, cara berbahasa, jenis hiburan yang digemari, makanan dan minuman
yang dikonsumsi, pilihan jenis bacaan, selera seni dan musik, serta bentuk-
bentuk permainan dan kegiatan olah raga yang diikuti.
Identitas masing-masing kelompok dan kelas sosial pada kegiatan tertentu,
dilakukan sebatas untuk membedakan dan menunjukkan eksistensi sosial dalam
masyarakat. Pemilihan kelompok dan kelas sosial pada satu jenis aktivitas atau
gaya hidup dilakukan dengan pencitraan dan pembangunan nilai yang dilekatkan
padanya. Pada awalnya, kegiatan seperti olah raga tidak digolongkan berdasar
kelompok atau kelas sosial yang memainkannya. Namun, setelah pencitraan
dan pembangunan nilai dilakukan oleh masing-masing kelompok dan kelas
sosial maka kegiatan olah raga menjadi salah satu identitas yang bersifat eksklusif.
Misalnya, golf atau musik jazz yang saat ini dianggap kegiatan dan selera kelas
atas. Proses ini sering disebut identifikasi, yaitu proses pemberian tanda dengan
ciri, nilai, dan karakter yang khas.
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang sering menggunakan simbol-simbol
tertentu untuk menunjukkan kelompok atau kelas sosial tempat dirinya berasal.
Simbol-simbol status sosial itu mengarahkan pemahaman kita, bahwa orang
tersebut adalah bagian dari kelompok atau kelas sosial tertentu. Berbagai hal
yang sering menjadi simbol status berupa cara menyapa, ragam bahasa, gaya
berbicara, pola-pola komunikasi nonverbal (bahasa isyarat), penggunaan gelar,
tipe dan letak tempat tinggal, dan kegiatan rekreasi.
No.
Pernyataan
S TS R
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
21
Sering terjadi warga kelas sosial bawah meniru gaya hidup kelas atas.
Namun, peniruan itu bukan berarti menaikkan status sosialnya. Gaya hidup
yang sering ditiru, misalnya dalam hal membeli pakaian bermerek. Orang kaya
biasanya membeli dan mengenakan sepatu bermerek. Gaya hidup seperti ini
sering ditiru oleh orang yang berasal dari kelas sosial bawah, misalnya dengan
membeli sepatu bermerek terkenal tetapi tiruan (aspal).
Uraian di atas menunjukkan adanya pengaruh deferensiasi dan stratifikasi
sosial terhadap perilaku seseorang. Dengan memperhatikan gaya hidup atau
simbol-simbol status yang tampak, kita bisa mengetahui kelas sosial seseorang.
Berikut ini akan dijelaskan satu per satu pengaruh deferensiasi dan stratifikasi
sosial terhadap gaya hidup seseorang.
a. Pengaruh terhadap Gaya Berbusana
Contoh yang paling mudah untuk mengetahui pengaruh deferensiasi
terhadap gaya berbusana adalah dengan melihat perbedaan penampilan ke-
lompok wanita dan kelompok pria. Dua kelompok sosial yang dibedakan ber-
dasarkan gender itu selalu ada di masyarakat mana pun. Keduanya selalu
mengembangkan model busana yang berbeda pula bergantung latar belakang
budaya masing-masing. Setiap masyarakat mengembangkan model-model
busana yang khas untuk kaum wanita dan kaum pria.
Gaya berbusana juga dipengaruhi oleh kelas sosial seseorang. Misalnya,
orang kaya dengan orang miskin, tentu saja perbedaan gaya dan model
busananya jelas berbeda. Perbedaan itu juga berkaitan dengan kemampuan
ekonomi masing-masing kelas sosial. Orang-orang kaya mampu membeli busana
yang harganya mahal, karena dia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan
orang-orang atas di samping untuk mempertahankan gengsi kelompoknya.
Selain berkaitan dengan kemampuan ekonomi mereka, pilihan jenis busana
seperti itu juga didasari oleh kesadaran akan kelas sosialnya. Mereka merasa
harus memilih gaya dan model busana seperti itu karena terikat oleh norma
kelas sosialnya. Dalam pergaulan dengan sesama orang dari kelas sosial atas,
mereka dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan itu.
Gambar 1.8
Dari gaya busana dua wanita ini, Anda tentu dapat mengenali dari kelompok
sosial mana mereka berasal.
Sumber:
Prioritas, No. 2 Desember 2004 dan Haryana
22
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Tentu saja gaya dan model berbusana seperti ini tidak akan terjangkau oleh
orang-orang dari kelas sosial menengah atau kelas sosial bawah. Disini bisa
terlihat adanya pengaruh stratifikasi sosial terhadap cara berpakaian dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat kita.
b. Pengaruh terhadap Perlengkapan Rumah Tangga
Anda tentu memiliki teman yang berasal dari latar belakang berbeda-beda.
Jika sesekali Anda saling berkunjung ke rumah teman-teman tersebut, tentu
akan Anda temui beberapa perbedaan perlengkapan di rumah masing-masing.
Banyak orang yang penataan rumahnya menandakan asal-usul kelompok
sosialnya. Keunikan-keunikan itu seharusnya menjadi kebanggaan kita, karena
kita menjadi semakin kaya akan nuansa persahabatan. Bagaimana dengan
perlengkapan di rumah Anda sendiri, adakah perbedaannya dengan per-
lengkapan di rumah teman-teman Anda?
Orang-orang kota yang berasal dari daerah atau suku tertentu biasanya
menggunakan benda-benda pusaka (walaupun tiruannya) untuk dijadikan
pajangan penghias ruang tamu. Misalnya orang Jawa memasang beberapa
tokoh wayang kulit idolanya atau keris antik berhias juntai-juntai. Orang Papua
menggunakan senjata tradisional untuk menghias ruang tamu. Orang Kalimantan
memasang kain tenun khas daerahnya sebagai penghias dinding ruang keluarga,
dan lain-lain. Perbedaan latar belakang etnik sangat jelas memberikan pengaruh
terhadap bentuk dan model bangunan rumah masing-masing. Hampir setiap
suku bangsa memiliki model rumah tradisional. Walaupun budaya arsitektur
modern telah berkembang begitu jauh, namun ciri-ciri bangunan tradisional
masih sering dijadikan acuan membangun rumah. Semua itu menandakan
adanya pengaruh diferensiasi sosial terhadap perlengkapan rumah tangga.
Sementara itu, stratifikasi sosial yang menciptakan kelas-kelas dalam
masyarakat juga memiliki pengaruh tertentu terhadap perlengkapan rumah
tangga. Kelas sosial yang paling umum di masyarakat modern saat ini adalah
kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Ketiganya mengembangkan nilai
dan norma sosial tertentu yang akhirnya tercermin juga pada tempat tinggal
Gambar 1.9
Kelas sosial seseorang dapat dikenali dengan keadaan tempat tinggalnya.
Sumber:
Tempo 18-24 Agustus 2003
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
23
mereka. Di samping norma dan nilai, kemampuan ekonomi juga menjadi faktor
penentu keadaan perlengkapan rumah tangga mereka. Orang kaya, pada
umumnya tinggal di rumah yang mewah dan besar. Orang-orang dari kelas
sosial menengah tinggal di rumah yang sederhana atau mereka tinggal di kawasan
hunian bersama-sama dengan orang-orang lain yang sekelas. Sementara itu,
orang-orang dari kelas bawah tinggal di rumah semi permanen (rumah kayu
berpondasi tembok) atau tidak permanen (rumah dari kayu atau bambu berlantai
tanah) dan orang miskin di kota, mereka tinggal di ruang-ruang sempit dan
kumuh, terkadang mereka menghuni tanah-tanah ilegal. Semua itu merupakan
dampak dari kemiskinan.
c. Pengaruh terhadap Apresiasi Seni dan Selera Hiburan
Apresiasi seni sebenarnya berkaitan dengan hiburan, namun ada pula
perbedaannya. Dunia hiburan semata-mata berkaitan dengan upaya memuaskan
perasaan untuk memperoleh kesenangan batin, sedangkan apresiasi seni lebih
berkaitan dengan upaya menghargai dan menikmati karya cipta orang lain di
bidang seni.
Pengaruh deferensiasi dan stratifikasi sosial terhadap selera hiburan dapat
kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat kelas atas cenderung lebih
memilih jenis hiburan yang relatif mahal, misal melihat konser-konser
musik,melihat pertandingan olah raga secara langsung. Hal ini berbeda dengan
masyarakat kelas menengah atau kelas bawah yang lebih memilih jenis hiburan
tanpa banyak mengeluarkan biaya, misal mereka sudah cukup puas dengan
melihat hiburan-hiburan (musik, olah raga, kesenian) yang ditayangkan televisi.
Adanya pengaruh deferensiasi dan stratifikasi sosial terhadap selera hiburan,
dengan cukup cerdas ditangkap oleh rumah produksi (
production house
) dan
stasiun-stasiun televisi di negara kita. Mereka lebih banyak memproduksi dan
menayangkan sinetron dengan tema-tema yang lebih diminati kalangan
masyarakat kelas bawah yang banyak jumlahnya. Tema percintaan, perebutan
warisan keluarga, atau hal-hal yang berbau mistik saat ini menjadi tren acara
pertunjukan televisi kita. Alur cerita dan karakter tokoh pun disajikan secara
dangkal sehingga mudah ditangkap oleh orang awam. Di samping itu, nilai-
nilai pendidikan dan ilmu pengetahuan juga diabaikan. Semua itu sengaja
dilakukan agar tayangan mereka banyak ditonton orang, sehingga semakin
banyak pula pemasang iklan yang masuk, karena dari iklan, mereka memperoleh
pendapatan. Di sini terbukti bahwa pengaruh deferensiasi dan stratifikasi sosial
terhadap jenis hiburan berdampak lebih luas daripada sekadar perbedaan selera
hiburan. Namun, perlu disadari bahwa penayangan jenis dan mutu hiburan
yang semata-mata berdasarkan selera masyarakat terkadang mengesampingkan
nilai-nilai yang lebih penting.
24
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
d. Pengaruh terhadap Selera Makanan dan Minuman
Pengaruh stratifikasi sosial terhadap selera makan dan minum lebih banyak
dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi dan keluasan pengalaman serta
pergaulan mereka. Warga masyarakat kelas atas biasanya terdiri dari orang-
orang kaya. Dengan kekayaannya itu, mereka memperoleh pengalaman dan
pergaulan dengan berbagai kalangan baik di dalam maupun di luar negeri.
Semua itu merupakan proses sosialisasi atau pengenalan terhadap berbagai
pengaruh luar yang lebih luas. Oleh karena itu, tidak aneh jika orang-orang
kaya menyukai makanan dan minuman yang berasal dari luar negeri. Hidangan-
hidangan yang kadang terdengar aneh di telinga orang awam (masyarakat kelas
bawah) seperti
hotdog
,
hamburger, lasagna,
dan lain-lain biasanya menjadi selera
kelas atas. Orang-orang kelas bawah lebih suka menikmati makanan yang tidak
perlu mengeluarkan biaya yang banyak seperti rujak cingur, pecel lele, nasi
uduk, ketupat santan, dan lain-lain. Ini semua menunjukkan adanya pengaruh
deferensiasi dan stratifikasi sosial terhadap selera makanan dan minuman.
e. Pengaruh terhadap Bacaan
Tidaklah mudah untuk menjelaskan perbedaan selera jenis bacaan sebagai
akibat deferensiasi dan stratifikasi sosial di Indonesia. Hal ini karena masyarakat
kita tidak tergolong suka membaca seperti di negara-negara lain yang sudah
maju. Walaupun demikian, bukan berarti tidak ada pengaruh itu.
Kita akan dapat mengetahui dengan mudah adanya perbedaan selera dan
minat antara setiap kelompok sosial dan kelas sosial di masyarakat melalui
pilihan tema-tema wacana yang mereka pilih, karena hal tersebut sering
mencerminkan kelompok dan kelas sosial. Orang-orang berpendidikan tinggi
tentu lebih suka berita-berita perkembangan ilmu pengetahuan, penemuan-
penemuan baru, atau berita-berita politik nasional maupun internasional,
sedangkan orang awam lebih suka berita hiburan (
infotainment
), gosip-gosip
dunia selebriti, atau hal-hal keseharian lainnya. Pilihan terhadap acara tayang
televisi pun rupanya dipengaruhi oleh selera orang yang berkaitan dengan
kelompok dan kelas sosial asal orang itu. Pada umumnya, siaran berita kurang
Gambar 1.10
Selera dan kebiasaan makan mencerminkan kelas sosial seseorang.
Sumber:
Haryana
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
25
diminati orang-orang yang kurang berpendidikan. Sebaliknya, acara itu menjadi
kegemaran atau bahkan menjadi sarana untuk menambah pengetahuan bagi
orang-orang berpendidikan yang haus informasi. Kelompok pakar ilmu-ilmu
sosial tentu tidak ingin melewatkan satu beritapun baik di surat kabar, radio,
televisi, maupun internet yang membahas perkembangan terbaru seputar ke-
jadian yang berhubungan dengan ilmu yang mereka geluti. Sementara itu, para
penggemar olahraga lebih suka membaca berita hasil pertandingan sepak bola
atau menonton tayangan kejuaran tinju. Begitu pula para pengusaha yang
tentunya tidak akan melewatkan berita perkembangan pasar modal dan isu-isu
seputar ekonomi.
f. Pengaruh terhadap Kegiatan Rekreasi
Setiap orang senantiasa membutuhkan kegiatan rekreasi untuk menyegar-
kan kembali jiwa dan raganya setelah bekerja. Berbagai bentuk dan jenis rekreasi
pun banyak berkembang di masyarakat. Dan ternyata, pilihan terhadap jenis
dan bentuk kegiatan rekreasi itu dipengaruhi oleh kelompok dan kelas sosial
seseorang itu berasal.
Sebagai siswa yang setiap hari sibuk dengan tugas-tugas belajar, bagaimana
Anda mengisi hari libur mingguan atau libur panjang akhir semester? Samakah
tujuan dan tempat rekreasi Anda dengan teman-teman Anda? Berbedakah
kegiatan rekreasi Anda dengan yang dilakukan oleh orang tua Anda? Jawaban-
nya, tidak selalu sama dan tidak selalu berbeda. Dan perbedaan itu dipengaruhi
oleh latar belakang kelompok sosial atau kelas sosial Anda.
Pada umumnya para pelajar mengisi liburan dengan mengunjungi tempat-
tempat rekreasi sesuai kesukaan dan kemampuannya. Para siswa yang berasal
dari desa akan cukup puas bila berlibur dengan mengunjungi objek-objek wisata
di kota besar seperti kebun binatang, taman hiburan rakyat, museum, pantai
wisata dan lain-lain. Sementara itu, siswa yang berasal dari kota besar dengan
latar belakang keluarga cukup, mereka akan memilih berlibur ke luar daerah,
misalnya ke Bali, Lombok, dan lain-lain. Lebih-lebih yang berasal dari keluarga
kaya tentu mereka berlibur ke luar negeri bersama orang tuanya.
Orang-orang kelas atas (para pejabat, pengusaha) suka mengisi waktu-waktu
luang mereka dengan permainan golf bersama sesama orang dari kelas atas
sesamanya. Sementara itu, Anda sering melihat bapak dan ibu guru hanya
mengisi waktu luang dengan bermain tenis di lapangan. Apabila diteliti satu
per satu, semua pilihan kegiatan rekreasi itu merupakan pengaruh dari
deferensiasi dan stratifikasi sosial.
2. Konsekuensi Struktur Sosial terhadap Kehidupan
Kita telah mengetahui bahwa suatu masyarakat ternyata tidak bersifat
homogen. Di dalamnya terdapat berbagai macam kelompok dan kelas sosial.
Kelompok dan kelas sosial terbentuk, karena adanya ketidaksamaan dalam
26
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
hal-hal tertentu yang dialami beberapa orang. Orang-orang itu kemudian dike-
lompokkan dalam kesatuan-kesatuan sesuai kesamaan-kesamaan sosial yang
mereka miliki. Kelompok-kelompok dan kelas-kelas sosial itulah yang mem-
bangun struktur sosial suatu masyarakat. Deferensiasi dan stratifikasi sosial
memberikan konsekuensi yang beragam dalam interaksi antarwarga masyarakat,
terutama bagi orang-orang yang berasal dari kelompok atau kelas sosial berbeda.
Walaupun dalam kenyataannya, kelompok-kelompok sosial sering tumpang
tindih dengan kelas-kelas sosial.
Terbaginya masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial, ternyata membawa
konsekuensi terhadap berbagai aspek kehidupan. Konsekuensi itu terjadi dalam
hal peluang hidup dan kesehatan, kebahagiaan dan proses sosialisasi, ketegangan
sosial
,
sikap politik dan respon terhadap perubahan sosial, gaya hidup, peluang
bekerja dan berusaha. Berikut ini diuraikan satu per satu.
a. Peluang Hidup dan Kesehatan
Kelas orang kaya dan kelas orang miskin memiliki kesempatan hidup yang
berbeda. Seseorang yang berasal dari keluarga miskin, sejak dalam kandungan
telah mengalami ancaman kurang gizi dan kurang perawatan kesehatan. Rendah-
nya tingkat pendidikan ibu-ibu dari keluarga miskin membuat mereka buta
terhadap tata cara perawatan kesehatan selama masa kehamilan. Hal tersebut
mengakibatkan tingginya angka kematian ibu atau bayi saat proses kelahiran.
Di samping itu, kemiskinan yang diderita orang tua membuat anak-anak yang
dilahirkan tidak memperoleh makanan bergizi dan perawatan kesehatan yang
cukup.
Berbeda dengan orang-orang yang berada di kelas ekonomi menengah ke
atas. Mereka pada umumnya memiliki cadangan uang yang bisa digunakan
sewaktu-waktu ada anggota keluarga yang sakit. Lebih-lebih orang-orang kaya
yang mengansuransikan kesehatan seluruh anggota keluarganya, tentu lebih
terjamin perawatan kesehatannya. Jaminan kesehatan dan konsumsi gizi yang
cukup sangat menentukan peluang seseorang untuk dapat menikmati hidup
yang lebih baik. Hal itu akan sangat berbeda keadaannya dengan orang-orang
miskin.
b. Kebahagiaan dan Proses Sosialisasi
Keterjaminan hidup seseorang secara ekonomi menentukan bahagia atau
tidaknya orang tersebut. Seseorang yang hidup di bawah garis kemiskinan akan
selalu mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kehidupan seperti itu tentu kurang menyenangkan, sehingga dapat dikatakan
bahwa orang-orang yang berada di kelas sosial bawah lebih dekat ke perasaan
kurang bahagia dan kurang sejahtera. Hal seperti ini sangat mudah dimengerti,
karena tingkat kebahagiaan seseorang dapat diukur dari tingkat pemenuhan
kebutuhan hidupnya, dan itu berarti berkaitan dengan kemampuan sosial
ekonomi mereka untuk meraihnya.
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
27
Memang, orang dapat mengatakan
bahwa kebahagiaan tidak semata-mata
ditentukan oleh kekayaan yang berlimpah.
Namun, kenyataannya semakin tercukupi
kebutuhan seseorang semakin sejahtera
hidupnya, dan kemampuan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidup ditentu-
kan oleh kemampuan ekonominya. Apa-
bila orang tersebut memiliki cukup uang
untuk memenuhi semua yang dia butuhkan
dalam hidupnya dapat dikatakan bahwa dia
adalah orang yang sejahtera. Semakin ting-
gi tingkat kesejahteraannya, maka se-
makin tinggi tingkat kebahagiaan sese-
orang.
Kondisi seseorang juga berpengaruh terhadap proses sosialisasi di
masyarakat. Dalam lingkungan yang heterogen, proses sosialisasi pada umumnya
didominasi oleh mereka yang masuk kelas sosial atas, terutama yang didasarkan
pada kemampuan ekonomi, sedangkan kelompok sosial ekonomi bawah
cenderung negatif. Hal ini mengakibatkan ketimpangan dalam proses sosialisasi.
Misalnya, pertemuan musyawarah RT yang mempunyai sifat heterogen. Dalam
pertemuan itu, dapat dipastikan bahwa warga yang mempunyai stratifikasi sosial
lebih tinggi akan lebih aktif dibanding warga lainnya.
c. Ketegangan Etnik
Di dalam suatu masyarakat atau negara, terdapat beberapa kelompok etnik
yang berbeda. Di beberapa negara, identitas etnik dapat memengaruhi status
sosial dan kekuasaan seseorang. Misalnya, orang-orang keturunan Korea yang
ada di Jepang selalu mendapat perlakuan diskriminatif oleh orang-orang Jepang
asli. Di Indonesia pada masa penjajahan Belanda, juga pernah terjadi diskriminasi
etnik. Pemerintahan penjajah yang berkuasa saat itu membedakan perlakuan
mereka terhadap etnik kulit putih (Eropa), etnik Cina, dan etnik pribumi.
Dampaknya masih terasa hingga Indonesia merdeka. Warga keturunan Cina
menguasai perekonomian nasional. Hampir semua sektor industri dan
perdagangan dikuasai warga keturunan Cina. Hal ini menimbulkan kecemburuan
sosial. Pada tahun 1974, ketegangan etnik meledak sehingga terjadi aksi
pembakaran sarana usaha milik keturunan Cina di berbagai kota besar di
Indonesia. Pada tahun 1998 kejadian yang sama terulang.
Ketegangan etnik sungguh tidak menguntungkan pihak manapun. Baik
kaum pribumi, pemerintah, dan apalagi warga keturunan Cina yang menjadi
korban. Kejadian seperti itu, membuat para pemilik modal lari ke luar negeri,
pertumbuhan ekonomi pun tersendat. Oleh karena itu, perlu dicari pemecahan
yang paling baik, yaitu menghilangkan faktor-faktor penyebab ketegangan etnik.
Gambar 1.11
Masa kanak-kanak mestinya
untuk bermain dan belajar. Sayangnya, keter-
batasan ekonomi sering membuat anak-anak
orang miskin terampas kebahagiaannya.
Sumber: Haryana
28
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Di sisi lain, kelompok etnik yang terlalu berpegang teguh kepada kebiasaan
dan nilai-nilai asli mereka, dapat mengancam kesatuan nasional suatu negara.
Misalnya, kelompok-kelompok sosial dengan latar belakang etnik berbeda yang
hidup bertetangga. Tidak jarang terjadi kesalahpahaman dan prasangka buruk
yang membuat kedua pihak saling berselisih. Contohnya, konflik yang terjadi
di antara Suku Dayak dan Madura di Sampit, Kalimantan Tengah.
d. Sikap Politik dan Respon terhadap Perubahan Sosial
Terbaginya warga masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial menimbulkan
konsekuensi tertentu dalam hal sikap politik dan respon terhadap perubahan.
Semakin tinggi kelas sosial seseorang, semakin tinggi pula tingkat partisipasinya
dalam kancah politik. Partisipasi itu berupa kesediaan mendaftarkan diri sebagai
pemilih dan memberikan suaranya dalam pemilu. Orang kelas menengah dan
atas tertarik pada dunia politik dan sering membicarakan isu-isu politik. Bahkan,
mereka rela menjadi anggota salah satu organisasi politik yang dianggap mewakili
aspirasinya, dan ikut berkampanye untuk memenangkan partai politiknya.
Ketertarikan kelas sosial menengah dan atas dalam dunia politik berkaitan
dengan tingginya tingkat pendidikan mereka. Semakin terdidik seseorang pada
umumnya semakin kritis, dan sikap kritis itu diaspirasikan dalam diskusi-diskusi
politik. Kelas sosial menengah dan atas juga lebih banyak menerima informasi
dari berbagai media massa. Semakin sering seseorang menerima informasi,
termasuk informasi politik, maka semakin bisa mengikuti perkembangan isu-
isu politik, sehingga mereka tertarik melibatkan diri.
Keadaan seperti yang dijelaskan di atas tidak terjadi di kalangan masyarakat
kelas sosial bawah. Tersitanya waktu untuk mencari nafkah sehari-hari menye-
babkan orang-orang miskin kurang mempedulikan politik. Rendahnya tingkat
pendidikan dan terbatasnya informasi politik yang mereka peroleh juga menjadi
sebab lainnya. Keterbatasan informasi itu, mungkin disebabkan oleh tidak ter-
sedianya radio, televisi, atau surat kabar di rumah-rumah mereka. Kesibukan
sehari-hari dalam mencari nafkah hidup keluarga juga membatasi mereka untuk
meluangkan waktu untuk menyimak berita dari berbagai sumber. Walaupun hal
seperti ini bukan berarti mereka sama sekali buta atau tidak memperhatikan
masalah-masalah politik.
Meskipun tidak sekritis warga kelas menengah dan atas, dalam dunia politik
mereka juga ikut berpartisipasi dalam pemilu dengan memilih partai politik
yang memperjuangkan perubahan sosial. Pada umumnya, partai-partai yang
bersikap radikal menuntut adanya perubahan di masyarakat menjadi pilihan war-
ga masyarakat kelas bawah. Alasan sikap politik seperti itu, didasari oleh harapan
untuk terciptanya iklim kehidupan yang lebih baik dan lebih menguntungkan
mereka. Hal ini, pada umumnya dijadikan isu perjuangan partai-partai radikal.
Sementara itu, warga masyarakat kelas menengah ke atas cenderung men-
dukung
status quo
(kemapanan). Mereka cenderung bersikap konservatif karena
takut perubahan. Sikap itu dicerminkan dengan mendukung partai politik yang
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
29
aspirasinya tidak mengancam kedudukan mereka di masyarakat. Kenyamanan
hidup yang telah mereka nikmati selama ini berusaha dipertahankan dengan
cara menghindari terjadinya perubahan di masyarakat. Mereka khawatir,
perubahan sosial akan membuat posisi mereka terancam. Oleh karena itu, si-
kap politik kelas menengah dan atas pun cenderung mendukung partai politik
yang condong ke arah mempertahankan kemapanan.
Dalam hal merespon perubahan, kelas sosial bawah mempunyai sikap yang
lain. Keterbatasan pendidikan dan sempitnya pergaulan kelas sosial bawah
membuat mereka bersikap tertutup dan kurang responsif terhadap perubahan.
Hal-hal baru yang ditawarkan dalam masyarakat akan lebih sulit diterima oleh
kalangan kelas sosial bawah daripada kelas sosial mengengah ke atas. Petani-
petani miskin di desa-desa sangat sulit menerima sosialisasi tata cara bertani
yang lebih maju. Mereka cenderung menunggu orang lain untuk menerapkan
cara baru. Apabila terbukti lebih menguntungkan maka barulah mereka meng-
ikutinya. Mereka takut akan mengalami kerugian karena kegagalan dalam
mencoba cara-cara baru yang diperkenalkan. Berbeda dengan petani-petani
maju yang berasal dari kelas sosial menengah ke atas. Mereka lebih cepat me-
nyerap perubahan demi kemajuan usahanya.
e. Peluang Bekerja dan Berusaha
Dalam hal memperoleh pekerjaan dan usaha, orang-orang kelas atas dan
kelas orang-orang bawah memiliki peluang yang berbeda. Orang kelas atas
memperoleh keberuntungan dan kemudahan, sedangkan orang kelas bawah
kurang beruntung atau bahkan tidak
beruntung sama sekali.
Kemiskinan dan kebodohan me-
rupakan dua hal yang saling berkaitan.
Kemiskinan menyebabkan kebodohan,
karena orang kelas bawah tidak mampu
membiayai keluarganya untuk memper-
oleh pendidikan yang cukup. Kebodoh-
an dan keterbelakangan seperti itu
semakin mempersulit orang-orang kelas
bawah untuk memperoleh pekerjaan
yang lebih baik dengan pendapatan yang
lebih besar. Mereka terpaksa bekerja apa
adanya dengan pendapatan rendah.
Orang kelas bawah dengan pendidikan rendah, tentu tidak mampu bersaing
dalam dunia usaha. Untuk berusaha pasti dibutuhkan modal yang sumbernya
dari lembaga-lembaga keuangan pemberi pinjaman modal (bank, koperasi,
pegadaian). Keterbatasan wawasan orang kelas bawah membuat mereka
menghadapi kesulitan dalam berhubungan dengan lembaga-lembaga tersebut.
Di samping itu, kurangnya pendidikan mereka menyebabkan rendahnya
Gambar 1.12
Untuk memperoleh pekerjaan
yang baik dan berpenghasilan tinggi diperlukan
pendidikan tinggi.
Sumber: Haryana
30
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
kedisiplinan dalam memanfaatkan modal pinjaman. Orang-orang kelas bawah
sering mendapat bantuan pinjaman modal melalui program-program bantuan
pemerintah. Akan tetapi, mereka tidak mampu mengelola modal itu untuk
keperluan pengembangan usahanya.
Kemiskinan yang dialami seseorang akan membuatnya terisolasi dari dunia.
Mereka hanya bergaul dengan lingkungan sekitar yang sempit. Akibatnya,
peluang untuk memasuki jaringan pergaulan luas menjadi sangat kecil. Padahal,
untuk membangun sebuah usaha dibutuhkan kerja sama dengan pihak lain.
Semua bentuk ketidakberuntungan yang dijelaskan di atas tidak terdapat
pada orang-orang kaya. Orang kaya mampu memperoleh pendidikan yang
cukup. Dengan pendidikan, mereka memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka
juga dapat mendirikan suatu usaha dengan bekal ilmu dan keterampilan serta
uang yang mereka miliki. 9aktor luasnya hubungan dengan berbagai pihak,
juga memberikan peluang bagi pengembangan karir dan usaha yang didiri-
kannya.
Pilih dan kerjakan salah satu tugas di bawah ini kemudian serahkan kepada
guru untuk dinilai
1. Lakukan wawancara dengan sepuluh pemulung yang dapat Anda te-
mui! Tujuan wawancara Anda adalah untuk mengungkapkan latar
belakang sosial ekonomi mereka. Tulis hasilnya dalam bentuk laporan!
2. Carilah informasi dari berbagai sumber mengenai kerusuhan sosial pada
bulan Mei 1998! Tulislah hasil kajian Anda dalam bentuk makalah
yang memuat deskripsi peristiwa itu, apa penyebabnya, siapa pelakunya,
dan apa akibatnya! Sampaikan makalah Anda di depan diskusi kelas
sehingga memperoleh tanggapan!
Kerjakan di buku tugas Anda!
Jawablah dengan tepat!
1. Jelaskan dampak negatif beragamnya kelompok etnik di masyarakat!
2. Bagaimana pendapat Anda mengenai hubungan antara kelas sosial
terhadap sikap mereka terhadap perubahan?
3. Jelaskan dampak struktur sosial terhadap gaya berbusana!
Pelatihan
Aktivitas Siswa
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
31
4. Mengapa kelompok minoritas menderita diskriminasi dari kelompok
mayoritas?
5. Kelompok etnik Cina di Indonesia merupakan kelompok minoritas,
tetapi mereka menguasai sektor perekonomian negara. Bagamana se-
harusnya kebijakan pemerintah agar tidak terjadi gejolak akibat
kecemburuan sosial?
Kerjakan di buku tugas Anda!
Ungkapkan tanggapan Anda terhadap pernyataan atau kasus di bawah
ini, dengan cara memberi tanda cek (
) pada kolom S (Setuju), TS (Tidak
Setuju) atau R (Ragu-ragu)!
Tes Skala Sikap
No.
Pernyataan
S TS R
1. Struktur sosial berpengaruh terhadap kesem-
patan untuk memperoleh peluang berusaha. Hal
ini karena setiap kelas dan kelompok sosial me-
miliki kesempatan berbeda dalam mengem-
bangkan usaha.
2. Orang keturunan Cina lebih berhasil dalam usaha
di sektor ekonomi. Hal ini berkaitan dengan ke-
lompok mereka yang minoritas, sehingga ber-
usaha lebih gigih dari kelompok pribumi yang
mayoritas.
3. Para artis biasanya mengenakan busana yang
lebih menonjolkan keindahan tubuh mereka. Hal
ini merupakan pengaruh kehidupan mereka
sebagai penghibur masyarakat.
4. Motivasi belajar anak-anak dari keluarga miskin
lebih rendah dibanding dari keluarga mampu.
Hal itu terjadi karena mereka tidak yakin pen-
didikan dapat memperbaiki nasib mereka.
5. Orang-orang kaya lebih bahagia daripada orang-
orang miskin. Hal ini menunjukkan uang dan
kekayaan sangat berpengaruh terhadap kebaha-
giaan.
32
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Rangkuman
1. Struktur sosial adalah susunan kelas-kelas sosial dan kelompok-
kelompok sosial yang ada di masyarakat.
2. Kelas sosial adalah suatu strata atau lapisan orang-orang yang ber-
kedudukan sama dalam suatu kesatuan status sosial.
3. Tiga faktor pembentuk stratifikasi sosial adalah:
a. faktor kekayaan dan penghasilan,
b. faktor pekerjaan, dan
c. faktor pendidikan.
4
.
Bentuk stratifikasi sosial antara lain:
a. stratifikasi ekonomi,
b. stratifikasi politik,
c. stratifikasi status sosial, dan
d. stratifikasi usia.
5. Ciri stratifikasi sosial antara lain:
a. perbedaan kemampuan,
b. perbedaan gaya hidup, serta
c. perbedaan hak dan perolehan sumber daya.
6. Deferensiasi sosial adalah pembedaan warga masyarakat menjadi
kelompok-kelompok yang bersifat horisontal dan tidak berjenjang.
7. Deferensiasi sosial terjadi karena adanya:
a. perbedaan ras,
b. perbedaan gaya hidup, serta
c. perbedaan hak dan perolehan sumber daya.
8. Pengaruh struktur sosial dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat
dari:
a. gaya berbusana,
b. perlengkapan rumah tangga,
c. apresiasi seni dan selera hiburan,
d. selera makanan dan minuman,
e. bacaan, dan
f. kegiatan rekreasi.
9. Struktur sosial memberikan konsekuensi yang beragam dalam interaksi
antarwarga masyarakat. Konsekuensi itu meliputi:
a. peluang hidup dan kesehatan,
b. kebahagiaan dan proses sosialisasi,
c. ketegangan etnik,
d. sikap politik, dan
e. peluang bekerja dan berusaha.
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
33
Pengayaan
ETNOSENTRISME RAS
Apabila dua atau lebih kelompok ras hidup bersama dalam satu masya-
rakat, mereka menghadapi beberapa pilihan, yaitu melakukan asimilasi
budaya atau tetap mempertahankan budaya asli mereka. Proses asimilasi
membuat kelompok-kelompok ras membaur menjadi satu kesatuan budaya
baru sehingga tidak ada lagi batas-batas sifat kelompok. Apabila masing-
masing kelompok mempertahankan kebudayaannya masing-masing akibat
adanya etnosentrisme, maka hubungan di antara mereka rawan perpecahan
dan muncul konflik-konflik sosial. Etnosentrisme ras adalah suatu perasaan
atau sikap yang berkembang di kalangan anggota kelompok ras, dan sikap
itu menganggap budaya yang mereka miliki lebih baik dan patut diper-
tahankan. Sementara itu, budaya kelompok lain dianggap kurang baik.
Etnosentrisme ras berpotensi menimbulkan perpecahan.
Etnosentrisme ras juga menyebabkan terbentuknya masyarakat
pluralistik (majemuk). Masing-masing kelompok ras yang ada di masyarakat
mempertahankan budaya mereka, dan hidup dengan cara mereka masing-
masing. Hubungan antar kelompok ras sering diwarnai rasa curiga dan
pandangan terhadap kelompok lain yang didasarkan kepada prasangka
dan stereotipe. Misalnya, apabila di suatu kota terdapat kelompok pendatang
dari suku atau ras lain. Kelompok-kelompok itu tidak membaur dengan
penduduk asli, tetapi tinggal bersama membentuk kelompok tersendiri dalam
suatu kampung. Ada kampung yang dihuni oleh orang-orang Tionghoa,
ada kampung Batak, kampung Melayu, dan lain-lain. Masyarakat pluralistik
seperti itu sering saling curiga dan memiliki prasangka tertentu terhadap
kelompok lainnya. Hal-hal semacam ini dapat menjadi bibit perpecahan.
34
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
HATTA RAJASA
PLURALISME ADALAH TAKDIR
Ir. M. Hatta Rajasa lahir di Palembang, 18
Desember 1953. Setelah menamatkan pendidikan
di Institut Teknologi Bandung (ITB) sejumlah karir
pernah digelutinya, mulai dari teknisi lapangan
hingga presiden direktur. Ketika PAN dideklarasi-
kan pada tanggal 23 Agustus 1998, Beliau
bergabung dan mulai terjun ke dunia politik praktis
dan juga pernah menjabat sebagai Ketua 9raksi
Partai Reformasi DPR pada tahun 1999 2000.
Pada tahun 2000 2005, Beliau menjadi Se-
kretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (DPP
PAN). Beliau menjadi Menteri Riset dan Teknologi Kabinet Gotong Royong
pada tahun 2001 2004, dan pada tahun 2004 2009 menjabat sebagai
Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu. Pada tahun 2007, Beliau
berpindah jabatan menjadi Menteri Sekretaris Negara Kabinet Indonesia
Bersatu.
Sebagai tokoh politik dan pemerintahan, Beliau selalu mengutamakan
sikap pluralisme, yaitu menyadari keberadaan kelompok-kelompok lain di
masyarakat. Beliau menyadari bahwa bangsa Indonesia memang ditakdirkan
sebagai bangas yang majemuk (plural). Oleh karena itu, berbagai kelompok
sosial, suku bangsa, umat beragama, dan kebudayaan yang beraneka ragam
harus saling menghormati. Perbedaan pendapat memang wajar, namun
tidak perlu saling menghujat dan menjatuhkan. Apabila ada perbedaan
pendapat, Beliau dengan santun dan terbuka menyampaikan bahwa Beliau
mempunyai pendapat yang berbeda. Akan tetapi, apabila pendapat orang
lain memang lebih benar, Beliau akan mengikuti pendapat tersebut.
Sumber: www.tokohindonesia.com
Tokoh
Sumber: www.tokohindonesia.com
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
35
Kerjakan di buku tugas Anda!
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Perbedaan stratifikasi sosial dengan deferensiasi sosial adalah ....
a. stratifikasi sosial menghasilkan kelompok-kelompok sosial tidak
berjenjang, sedangkan deferensiasi sosial menghasilkan kelompok-
kelompok sosial berjenjang
b. deferensiasi sosial menghasilkan kelompok-kelompok sosial tidak
berjenjang, sedangkan stratifikasi sosial menghasilkan kelompok-
kelompok sosial berjenjang
c. stratifikasi sosial disebabkan oleh perbedaan etnis sedangkan
deferensiasi sosial disebabkan oleh perbedaan agama
d. deferensiasi sosial disebabkan oleh perbedaan etnik sedangkan
stratifikasi sosial disebabkan oleh perbedaan agama
e. stratifikasi sosial terjadi di masyarakat homogen sedangkan
deferensiasi sosial terjadi dalam masyarakat heterogen
2. 9aktor yang
tidak
menyebabkan terjadinya kelas-kelas sosial adalah ....
a. kekuasaan
b. kekayaan
c. penghasilan
d. prestise
e. kesukuan
3. Orang berpendidikan tinggi menduduki status sosial terhormat karena ....
a. mereka memiliki gelar akademik (titel)
b. mereka memperoleh pekerjaan mapan
c. telah berusaha keras dan memiliki tanggung jawab
d. ilmunya berguna bagi masyarakat luas
e. memiliki kekayaan cukup
4. Uraian berikut ini yang menunjukkan adanya hubungan antara stra-
tifikasi sosial dengan pekerjaan adalah ....
a. apabila seseorang ingin memperoleh pekerjaan terhormat maka
harus berusaha keras
b. semakin maju suatu masyarakat maka semakin banyak lapangan
pekerjaan tesedia
c. orang yang berhasil memperoleh pekerjaan dengan keahlian
tertentu akan memperoleh kehormatan dalam masyarakat
d. anak orang kaya biasanya memperoleh pekerjaan yang baik karena
kedudukan ayahnya
e. dengan berusaha keras, seseorang akan mampu memperoleh
pekerjaan dan kelas sosial tinggi
Uji Kompetensi
36
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
5. Seorang keturunan bangsawan memiliki status sosial tinggi karena ....
a. memiliki banyak harta
b. memiliki kekuasaan politik
c. memegang jabatan pemerintahan
d. memiliki status sosial tinggi
e. merupakan keturunan raja-raja.
6. Berikut ini adalah stratifikasi sosial secara ekonomi
kecuali
....
a. kelompok petani sangat miskin hanya memiliki lahan seluas kurang
dari 0,25 hektar
b. kelompok nelayan kecil hanya bermodalkan perahu layar
c. keluarga prasejahtera tinggal di rumah tidak permanen
d. kelompok petani cukup dengan kepemilikan lahan lebih dari 0,5
hektar
e. kelompok peternak berpenghasilan kurang dari 1.000.000 sebulan
7. Apabila Anda berusaha keras tentu dapat memperoleh jabatan tinggi
di masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa stratifikasi jabatan yang
ada di masyarakat bersifat ....
a. bebas
d. terbuka
b. bersaing
e. diwariskan
c. tertutup
8. Deferensiasi sosial membedakan seseorang berdasarkan ....
a. keturunan, sifat, kepribadian
b. agama, budaya, ekonomi
c. ras, kelompok, suku
d. agama, keturunan, warna kulit
e. agama, ras, suku
9. Ras memengaruhi struktur sosial suatu masyarakat karena ....
a. perbedaan ras akan berpengaruh pada perbedaan perilaku
b. ciri-ciri ras memengaruhu status sosial
c. ras seseorang memengaruhi interaksi sosial
d. ras bersifat unik dan diturunkan dari nenek moyang
e. di dalam masyarakat selalu ada banyak ras
10. Hubungan antarras yang berpengaruh terhadap struktur sosial adalah ....
a. dominasi ras tertentu dalam suatu masyarakat
b. terciptanya kelompok ras
c. sulitnya terjadi perkawinan antarras
d. ras kulit putih dianggap paling unggul
e. dihapuskannya diskriminasi ras
11. Orang Indonesia termasuk dalam kelompok ras ....
a. Kaukasoid
d. Mikronesia
b. Mongoloid
e. Austriasia
c. Negroid
Struktur Sosial dan Dampaknya dalam Kehidupan Kita
37
12. Pembedaan kelompok wanita dan kelompok pria penting dalam struktur
sosial karena ....
a. wanita bersifat lemah cocok mengurusi rumah tangga
b. pria bersifat keras sehingga cocok menjadi kepala rumah tangga
c. setiap kelompok memiliki peran sosial berbeda
d. baik pria maupun wanita dapat melakukan pekerjaan yang sama
e. secara biologis keduanya memang berbeda
13. Setiap kelas dan kelompok sosial merupakan subkultur, maksudnya
adalah ....
a. memiliki kebudayaan yang sama
b. berbeda dalam kebudayaan
c. berinteraksi berdasarkan norma sosial
d. memiliki ciri budaya khusus
e. ditandai dengan unsur budaya tertentu
14. Pembauran dua kelompok ras dapat disebabkan oleh proses ....
a. stratifikasi
d. diskriminasi
b. diferensiasi
e. amalgamasi
c. asimilasi
15. Agama memengaruhi struktur sosial karena ....
a. semua orang memeluk agama
b. di masyarakat ada banyak agama
c. agama mengelompokkan orang-orang
d. ajaran agama memengaruhi perilaku sosial
e. nilai-nilai agama memengaruhi masyarakat
16. Gaya hidup yang dipengaruhi kelas sosial adalah sebagai berikut,
ke-
cuali
....
a. orang kaya cenderung hidup mewah dan boros
b. kaum wanita menyukai tren busana terbaru
c. remaja kota menyukai musik pop
d. pengaruh selera makan
e. orang kulit putih suka berjemur di pantai
17. Orang terpelajar lebih menyukai acara televisi yang mengandung
informasi (berita, reportase, perkembangan dunia ilmu pengetahuan).
Sedangkan orang awan lebih menyukai acara hiburan (sinetron, musik).
Ini menunjukkan pengaruh ....
a. status sosial terhadap selera hiburan
b. pendidikan terhadap selera tontonan
c. tingkat pendidikan terhadap minat
d. acara televisi terhadap masyarakat
e. tayangan televisi terhadap pendidikan
38
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
18. Suatu kelompok dianggap minoritas bila .
a. jumlahnya sedikit
b. anggotanya sedikit
c. budayanya belum maju
d. selalu kalah dengan mayoritas
e. didominasi kelompok lain
19. Orang-orang miskin pada umumnya lebih sering menderita sakit. Hal
ini menunjukkan bahwa .
a. orang miskin tidak menyadari pentingnya kesehatan
b. orang miskin terbatas dalam memperoleh perawatan kesehatan
c. hanya orang kaya yang mampu membayar biaya kesehatan
d. mahalnya biaya kesehatan bagi orang lain
e. kurangnya pendidikan membuat orang miskin buta akan kesehatan
20. Salah satu contoh stratifikasi tertutup adalah .
a. kelompok umat beragama
b. kelompok etnik
c. sistem kasta di India
d. kelas priyayi dan orang biasa
e. golongan pejabat dan rakyat biasa
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini dengan singkat dan jelas!
1. Mengapa komunisme gagal menciptakan masyarakat tanpa kelas?
2. Mengapa seseorang yang secara tiba-tiba mendapat hadiah bermiliar-
miliar uang tidak secara otomatis menjadi bagian dari kelas sosial
ekonomi atas?
3. Jelaskan hubungan kelas sosial dengan gaya hidup seseorang!
4. Mengapa kelas sosial seseorang dapat diperoleh secara otomatis?
Berikan contohnya!
5. Apakah yang dimaksud dengan agama?
6. Jelaskan pengaruh tingkat pendidikan terhadap gaya hidup seseorang!
7. Berikan contoh simbol-simbol yang menandakan status sosial seseorang!
8. Semakin tinggi kelas sosial seseorang, semakin tinggi pula selera bacaan-
nya. Apakah hal ini dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat
kita?
9. Jelaskan pengaruh stratifikasi sosial terhadap kebahagiaan seseorang!
10. Mengapa kelompok masyarakat kelas sosial menengah ke atas cen-
derung menyukai makanan ala barat?